Piala Dunia 1966 & Rentetan Kontroversi di Baliknya



Para pemain timnas Inggris usai memenangkan final Piala Dunia 1966. (theguardian.com)

Bagi para penggemar sepak bola di seluruh dunia, Piala Dunia bakal menjadi ajang yang senantiasa dinanti-nantikan. Sebabnya tidak lain karena dalam ajang 4 tahunan ini, tim-tim nasional terkuat dari berbagai belahan dunia bakal bertanding satu sama lain untuk memperebutkan trofi Piala Dunia. Setiap kali Piala Dunia digelar, maka bakal ada 1 negara atau lebih yang bertindak sebagai tuan rumah.

Inggris adalah 1 dari sekian banyak negara yang pernah menjadi tuan rumah Piala Dunia, tepatnya pada tahun 1966. Bagi publik Inggris, Piala Dunia 1966 merupakan Piala Dunia yang amat berkesan karena dalam Piala Dunia itulah, Inggris berhasil keluar sebagai juara. Namun di balik kemeriahan tersebut, Piala Dunia 1966 juga menyimpan sederet kontroversi yang sekaligus menjadi cerminan panasnya situasi politik global pada masa itu. Berikut ini adalah contoh-contoh kontroversi yang dimaksud.



BOIKOT OLEH TIM-TIM AFRIKA

Melihat tim-tim Afrika berlaga di Piala Dunia sekarang sudah menjadi pemandangan yang jamak karena Benua Afrika memang memiliki jatah 5 wakil di setiap perhelatan Piala Dunia. Namun tidak demikian halnya dengan perhelatan Piala Dunia 1966. Pasalnya di Piala Dunia tersebut, tidak ada satupun tim asal Afrika yang ikut serta di dalamnya.

Selain karena jumlah tim peserta Piala Dunia di tahun 1966 masih belum sebanyak sekarang (hanya 16 tim alih-alih 32 tim seperti sekarang), alasan lain kenapa Piala Dunia 1966 sama sekali tidak menghadirkan tim asal Afrika adalah karena Piala Dunia ini memang diboikot oleh tim-tim asal Afrika.

Logo resmi Piala Dunia 1966. (FIFA / wikipedia.org)

Masalah boikot ini bermula ketika pada tahun 1964, FIFA menentukan jatah peserta Piala Dunia untuk masing-masing wilayah. Dari total 16 tim yang bakal mengikuti Piala Dunia, 10 tim bakal berasal dari Eropa, 4 tim bakal berasal dari Amerika Selatan, & 1 tim bakal berasal dari Amerika Utara serta Karibia. Jatah 1 tim yang tersisa bakal diperebutkan oleh tim-tim asal Afrika, Asia, & Oseania.

Hal tersebut lantas menuai kritik pedas dari tokoh-tokoh sepak bola Afrika. Pasalnya kendati Benua Afrika ditempati oleh banyak negara, benua tersebut belum tentu bisa menempatkan wakilnya di Piala Dunia. Bukan hanya itu, mereka juga mengkritik keputusan FIFA untuk memperbolehkan tim nasional Afrika Selatan (Afsel) ikut serta dalam kualifikasi Piala Dunia.

Karena pemerintah Afsel pada waktu itu masih mempraktikkan politik apartheid yang mengistimewakan golongan kulit putih & menganak tirikan golongan lainnya, CAF selaku badan sepak bola Afrika mencoret keanggotaan Afsel. Ditolak di Afrika, FIFA lantas menempatkan Afsel di zona Asia. Namun akibat sistem kualifikasi yang diterapkan oleh FIFA ini, Afsel tetap memiliki peluang untuk bertemu dengan tim-tim dari Afrika.

Atas tekanan dari tim-tim Afrika, FIFA akhirnya kembali mencoret keikutsertaan Afsel dalam kualifikasi Piala Dunia. Namun karena FIFA tetap menolak memberikan 1 jatah khusus untuk wakil Afrika, sebanyak 15 tim Afrika menyatakan kalau mereka tidak bakal ikut serta dalam kualifikasi Piala Dunia 1966. Baru sejak tahun 1970, Afrika akhirnya memiliki jatah khusus dalam setiap perhelatan Piala Dunia.


Korea Utara (merah) saat bertanding melawan Italia di tahun 1966. (gentlemanultra.com)


"PEMBUNGKAMAN" LAGU KEBANGSAAN KOREA UTARA

Sudah disinggung sebelumnya kalau 1 jatah untuk tiket Piala Dunia bakal diperebutkan oleh tim-tim dari Asia & Oseania (beserta Afrika, jika tidak ada boikot dari tim-tim Afrika). Ada 3 tim yang memperebutkan 1 jatah sisa, yaitu Korea Utara (Korut), Korea Selatan (Korsel), & Australia. Karena tidak mau bermain melawan Korut, timnas Korsel menarik diri kualifikasi Piala Dunia 1966 sehingga yang tersisa tinggal Korut & Australia.

Korut sendiri ternyata masih terlalu perkasa untuk Australia. Lewat pertandingan play-off yang dimainkan 2 kali di Kamboja, Korea Utara berhasil mengalahkan Australia dengan skor 6-1 & 3-1. Lolosnya Korut langsung ditanggapi dengan keringat dingin oleh Inggris selaku tuan rumah Piala Dunia. Pasalnya Inggris tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Korut & hanya menjalin hubungan diplomatik dengan Korsel.

Inggris khawatir jika membiarkan Korut berpartisipasi dalam Piala Dunia bakal membuat hubungan Inggris dengan Korsel memanas. Salah satunya karena dalam setiap pertandingan Piala Dunia, lagu kebangsaan dari masing-masing tim yang hendak bertanding harus dikumandangan. Membiarkan lagu kebangsaan Korut berkumandang di tanah Inggris dikhawatirkan bakal menyinggung perasaan Korsel.

Inggris awalnya berusaha mengupayakan segala cara supaya timnas Korut tidak bisa sampai masuk ke Inggris. Namun akibat adanya kekhawatiran kalau Inggris bakal menerima dampak negatif yang jauh lebih besar jika sampai melibatkan politik dalam ajang olah raga, Inggris akhirnya melunak & membiarkan Korut ikut serta dalam Piala Dunia sesuai dengan rencana awal.

Suasana dalam pertandingan pembuka Piala Dunia 1966 antara Inggris & Uruguay. (michaelh2 / pinterest.com)

Supaya lagu kebangsaan Korut tidak perlu sampai diperdengarkan saat Piala Dunia dilangsungkan, panitia Piala Dunia 1966 membuat peraturan baru : tradisi memutar lagu kebangsaan hanya akan dimainkan pada pertandingan pembuka & penutup Piala Dunia. Kebetulan yang tampil dalam pertandingan pembuka Piala Dunia adalah tuan rumah Inggris & Uruguay, sementara Korut diprediksi tidak bakal melaju hingga partai final.

Dan memang demikianlah kenyataannya. Yang tampil di partai final Piala Dunia 1966 adalah Inggris & Jerman Barat. Meskipun tidak sampai ke partai final, Korut sendiri ternyata tampil cukup luar biasa di Piala Dunia 1966 untuk ukuran tim debutan. Ditempatkan di Grup D bersama tim-tim kuat seperti Uni Soviet, Chili, & Italia, Korut pada awalnya harus kalah 0-3 dari Uni Soviet.

Namun di pertandingan berikutnya, Korut berhasil bangkit. Chili berhasil ditahan imbang 1-1, kemudian Italia berhasil dikalahkan dengan skor tipis 1-0. Korut pun berhasil menempati peringkat kedua Grup D & berhadapan dengan Portugal di babak perempat final. Korut sempat unggul 3-0 terlebih dahulu. Namun Portugal tidak menyerah & berhasil mencetak 5 gol balasan. Petualangan Korut di Piala Dunia 1966 pun harus terhenti secara dramatis.


Korea Utara (baju putih) saat berhadapan dengan Portugal. (aeren88 / pinterest.com)


ADA KONSPIRASI UNTUK MENGUNTUNGKAN TUAN RUMAH?

Argentina & Inggris dikenal memiliki rivalitas yang sengit di ranah sepak bola. Piala Dunia 1966 yang diselenggarakan di Inggris menjadi contoh dari panasnya persaingan di antara kedua negara. Saat baru tiba di Inggris & hendak melakukan latihan, Argentina merasa geram karena lapangan yang mereka pakai ternyata tidak dilengkapi dengan tiang gawang.

Akibatnya, timnas Argentina terpaksa harus meminjam tiang gawang dari klub-klub lokal terlebih dahulu sebelum bisa melakukan latihan. Masalah serupa juga menimpa timnas Brazil yang saat itu berstatus sebagai juara bertahan.

Kegusaran timnas Argentina belum sampai di sana. Sebelum pertandingan perempat final kontra timnas Inggris, rombongan mereka malah diantarkan ke lokasi yang salah. Akibatnya, mereka sempat terjebak selama hampir 1,5 jam di lokasi yang sama sekali asing bagi mereka. Saat timnas Argentina akhirnya menjalani pertandingan perempat final kontra tuan rumah, peristiwa kontroversial yang menimpa mereka terus berlanjut.

Ketika pertandingan memasuki menit ke-35, Antonio Rattin selaku kapten Argentina dikartu merah akibat mempertanyakan keputusan wasit. Karena Rattin sempat menolak meninggalkan lapangan, pertandingan ini sempat terhenti selama 9 menit. Saat pertandingan akhirnya dilanjutkan kembali, timnas Inggris berhasil memenangkan pertandingan ini dengan skor 1-0 lewat gol Geoff Hurst.

Merasa geram karena wasit dianggap sudah bertindak berat sebelah, salah seorang pemain Argentina sempat menyerang wasit saat pertandingan sudah selesai. Para pemain Argentina juga menyerang bus timnas Inggris & melemparkan kursi ke kamar ganti Inggris. Seolah tidak mau kalah, Alf Ramsey selaku pelatih Inggris melarang pemainnya bertukar baju dengan pemain Argentina & mencela para pemain Argentina sebagai gerombolan hewan.

Pemain-pemain Argentina saat mengerubungi wasit. (Fma12 / wikipedia.org)

Tersingkirnya Argentina secara kontroversial turut menjalar hingga ke Argentina. Pasca pertandingan tadi, Kedutaan Besar Inggris di Argentina diserang oleh warga lokal yang marah. Kritikan terhadap kinerja wasit yang memimpin pertandingan antara Argentina kontra Inggris juga turut dilontarkan oleh media Italia, media negara-negara Amerika Selatan, & Eusebio (pemain timnas Portugal yang kelak menjadi pencetak gol terbanyak di Piala Dunia 1966).

Argentina bukanlah satu-satunya tim yang mengklaim kalau pihaknya menjadi korban kecurangan wasit & tuan rumah. Saat Inggris mengalahkan Perancis dengan skor 2-0 dalam pertandingan di Grup A, gol pertama nampak berada dalam posisi offside, sementara gol kedua tercipta saat ada pemain Perancis yang mengalami cedera di lapangan usai dilanggar dengan keras oleh pemain Inggris.

Dari sekian banyak rentetan kontroversi yang terjadi dalam Piala Dunia ini, tentunya peristiwa yang paling terkenal terjadi pada babak final yang mempertemukan tuan rumah Inggris melawan Jerman Barat. Karena pertandingan dalam waktu normal berakhir dengan skor imbang 2-2, pertandingan pun kemudian berlanjut ke babak perpanjangan waktu. Pada tahap inilah, terjadi salah satu peristiwa paling kontroversial dalam sejarah final Piala Dunia.

Saat pertandingan memasuki menit 101, bola hasil tembakan Geoff Hurst (Inggris) mengenai mistar atas gawang & memantul ke garis gawang Jerman. Karena wasit Gottfried Dienst yang memimpin pertandingan ini tidak melihat insidennya dengan jelas, ia lantas meminta konfirmasi kepada hakim garis Tofiq Bahramov. Bahramov menyatakan kalau bola sudah melewati garis gawang sehingga gol tadi dinyatakan sah.

Jerman merasa marah karena menurut mereka, bola belum melewati garis gawang. Namun keputusan wasit tidak berubah & Inggris kini berada dalam posisi unggul. Menjelang berakhirnya pertandingan, Inggris mencetak 1 gol lagi sehingga berakhirlah pertandingan dengan skor 4-2 untuk Inggris. Inggris berhasil menjadi juara Piala Dunia untuk pertama kalinya, namun kontroversi mengenai sah tidaknya gol ketiga Inggris masih tetap belum berakhir sampai sekarang.  -  © Rep. Eusosialis Tawon



REFERENSI

BBC. 2016. "How Africa boycotted the 1966 World Cup".
(www.bbc.com/news/world-africa-36763036)

BBC Radio 2. "10 Things You Never Knew About The 1966 World Cup Final".
(www.bbc.co.uk/programmes/articles/1JlBHyLHv6yPb14mg5tjlLs/10-things-you-never-knew-about-the-1966-world-cup-final)

Burnton, S.. 2016. "Why not everyone remembers the 1966 World Cup as fondly as England".
(www.theguardian.com/football/blog/2016/jul/24/1966-world-cup-final-conspiracy-refereeing-50-years)

Planet World Cup. "World Cup 1966".
(www.planetworldcup.com/CUPS/1966/wc66qualification.html)

Thacker, G.. 2015. "North Korea: Chollima, 1966 and Tragedy".
(thesefootballtimes.co/2015/04/29/north-korea-chollima-1966-and-tragedy/)

Wright, J.. 3015. "Tofiq Bahramov - the story of football's most famous linesman".
(www.goal.com/en/news/11522/baku-2015/2015/01/29/8338942/tofiq-bahramov-the-story-of-footballs-most-famous-linesman)
  





COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.