Ngengat Sphinx, Hewan Terbang Berbelalai Panjang



Ngengat sphinx dari spesies Macroglossum stellatarum. (alidix28 / pinterest.com)

Sphinx adalah nama dari makhluk dalam mitologi Mesir & Yunani Kuno yang digambarkan memiliki badan singa & kepala manusia. Sosok Sphinx begitu terkenal karena patung raksasanya masih dapat dijumpai hingga sekarang di samping piramida raksasa Giza, Mesir. Kalau dalam ranah biologi, nama "sphinx" juga digunakan untuk menyebut sejenis ngengat.

Ngengat sphinx (sphinx moth) adalah nama dari sejenis ngengat yang dalam klasifikasi ilmiah tergolong dalam famili Sphingidae. Ada lebih dari 1.200 spesies ngengat yang dikategorikan sebagai ngengat sphinx. Panjang rentang sayap mereka bervariasi, mulai dari yang hanya sekitar 2,5 cm hingga yang mencapai hampir 25 cm.

Meskipun terdiri dari beragam spesies, masing-masing spesies ngengat sphinx memiliki kesamaan berupa tubuh yang ramping, sayap depan yang meruncing, & sayap belakang yang lebih kecil dibandingkan sayap depannya. Ngengat sphinx bisa ditemukan di seluruh dunia, kecuali di Kutub Utara & Kutub Selatan. Mereka pada dasarnya bisa ditemukan di segala macam habitat selama ada tanaman berbunga yang tumbuh di sana.

Nama "sphinx" untuk ngengat sphinx pertama kali dicetuskan oleh ilmuwan Carl "Linne" Linnaeus pada tahun 1758. Nama itu sendiri diberikan karena ulat ngengat sphinx kerap terlihat melengkungan tubuhnya ke atas sambil mengarahkan kepalanya ke bawah. Karena posenya tersebut nampak seperti pose patung Sphinx, nama "sphinx" pun digunakan untuk menyebut ngengat ini.


Ulat ngengat rajawali poplar (Laothoe populi). Kepala ulat ini berada di sebelah kiri. (GeographBot / wikimedia.org)


"BURUNG" BERKAKI ENAM

Selain dengan nama ngengat sphinx, ngengat yang bersangkutan juga dikenal dengan nama "ngengat kolibri" (hummingbird moth) serta "ngengat rajawali (hawk moth). Nama sebutan yang pertama diberikan karena ngengat ini bisa terbang diam di udara sambil menghisap nektar layaknya burung kolibri. Sementara nama sebutan yang kedua diberikan karena ngengat ini bisa terbang dengan amat cepat, tepatnya hingga lebih dari 19 km/jam.

Ngengat sphinx adalah hewan pemakan nektar bunga yang memiliki pola hidup nokturnal (aktif pada malam hari). Namun kadang-kadang, mereka juga terlihat beterbangan di sekitar bunga pada siang hari. Ngengat sphinx menghisap nektar dengan menggunakan proboscis / mulut belalai. Dalam kondisi biasa, proboscis ngengat sphinx berada dalam kondisi tergulung. Namun saat sudah waktunya makan, proboscis tersebut bisa terentang hingga amat panjang.

Beberapa spesies ngengat sphinx memiliki proboscis yang lebih panjang daripada tubuh atau sayapnya. Xanthopan morganii contohnya. Spesies ngengat yang habitatnya berada di hutan Kongo & Madagaskar tersebut memiliki panjang proboscis mencapai lebih dari 20 cm. Padahal rentang sayap ngengat ini hanyalah 16 cm.

Karena ngengat sphinx memiliki proboscis yang amat panjang, ngengat sphinx pun bisa menghisap nektar bunga tanpa harus hinggap di bunga tersebut. Manfaat lain dari memiliki proboscis panjang adalah ngengat sphinx bisa menghisap nektar bunga yang mahkotanya berbentuk panjang & sempit, misalnya bunga anggrek Madagaskar (Angraecum sesquipedale) yang bentuknya menyerupai corong.


Ngengat Xanthopan morganii yang sedang menghisap nektar. (britannica.com)


PANDAI MELINDUNGI DIRI SEJAK KECIL

Ngengat sphinx menjalani metamorfosis sempurna yang berarti ngengat ini menjalani 4 tahapan dalam siklus hidupnya : telur, larva / ulat, kepompong, & ngengat dewasa. Ngengat betina yang sudah melakukan perkawinan akan menaruh telurnya pada tanaman yang daunnya kelak akan dimakan oleh larvanya. Bergantung dari jenis ngengat & suhu lingkungannya, telur tersebut memerlukan waktu antara beberapa hari hingga beberapa minggu untuk menetas.

Ulat ngengat sphinx pada umumnya memiliki tonjolan menyerupai tanduk lunak di bagian ekornya. Itulah sebabnya ulat ngengat sphinx juga dikenal dengan sebutan "cacing tanduk" (hornworm). Tanduk itu sendiri tidak berbahaya bagi manusia.

Untuk melindungi diri, ulat ini bisa menyamar dengan memanfaatkan warnanya yang menyerupai tanaman. Ulat ngengat sphinx dari spesies tertentu juga bisa membuat suara berdengung untuk menakut-nakuti musuhnya. Beberapa spesies ulat ngengat sphinx memiliki motif mata palsu pada tubuhnya supaya nampak seperti ular.

Ulat ngengat sphinx adalah hewan rakus yang menghabiskan hampir seluruh waktunya hanya untuk memakan daun. Seekor ulat ngengat sphinx menjalani 5 instar / tahap pertumbuhan. Saat hendak memasuki instar berikutnya, ulat ngengat sphinx akan melakukan pergantian kulit.

Jika ulat sudah melewati instar terakhirnya, ulat ini kemudian akan mencari tempat yang aman untuk berubah menjadi kepompong. Ulat ngengat sphinx biasanya berubah menjadi kepompong di dalam tanah atau di bawah timbunan daun kering.

Di wilayah 4 musim, ulat biasanya berubah menjadi kepompong menjelang musim dingin supaya ia bisa sekalian menjalani hibernasi & keluar menjadi ngengat dewasa saat musim semi sudah tiba. Kepompong ngengat sphinx pada umumnya memiliki tonjolan menyerupai belalai di kepalanya. Keberadaan belalai tersebut lantas membuat kepompong ngengat ini mudah dibedakan dari kepompong ngengat & kupu-kupu lain.

Kepompong ngengat sphinx convolvulus (Agrius convolvuli). (Richard Evans / pwbelg.clara.net)

Jika fase kepompong sudah selesai, ngengat dewasa akan keluar dari dalam kepompong. Ngengat sphinx yang baru keluar dari kepompong sayapnya masih kecil & basah. Oleh sebab itulah, ia harus tetap bertengger pada kepompongnya selama kurang lebih 30 menit supaya haemolymph / darah mengalir ke dalam sayapnya. Saat sayap ngengat ini sudah mengering & mekar, barulah ngengat sphinx bisa terbang bebas.

Ngengat sphinx merupakan hewan yang memiliki banyak musuh. Entan itu kelelawar, burung hantu, reptil, mamalia kecil, hingga serangga karnivora. Saat masih berada dalam fase ulat, ngengat sphinx juga rentan diserang oleh tawon parasit yang menaruh telurnya dalam tubuh ulat. Saat telurnya menetas, larva tawon parasit akan memakan tubuh ulat dari dalam sehingga ulat mengalami kematian.

Supaya aman dari pemangsanya, ngengat sphinx dewasa pun memiliki metode pertahanan diri yang beragam. Ada ngengat sphinx yang menyamar dengan memanfaatkan warna tubuhnya yang menyerupai daun atau batang pohon. Ada juga ngengat sphinx yang memiliki mata palsu di sayapnya, misalnya ngengat rajawali bermata (Smerinthus ocellatus).

Ada pula ngengat sphinx yang mengelabui musuhnya dengan cara meniru penampilan serangga lain yang berbisa. Ngengat dari genus Hemaris memiliki sayap transparan sehingga penampilannya nampak menyerupai bumblebee yang sengatnya terkenal menyakitkan.

Dalam ilmu biologi, teknik meniru penampilan hewan lain ini dikenal dengan istilah "mimikri". Salah satu spesies ngengat sphinx dari genus Sphecodina bahkan bisa membuat suara dengungan supaya dirinya nampak semakin mirip dengan lebah.  -  © Rep. Eusosialis Tawon



KLASIFIKASI

Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Sphingidae



REFERENSI

Hadley, D.. 2019. "Sphinx Moths, Family Sphingidae".
(www.thoughtco.com/sphinx-moths-family-sphingidae-1968209)

Hone, D.. 2013. "Moth tongues, orchids and Darwin – the predictive power of evolution".
(www.theguardian.com/science/lost-worlds/2013/oct/02/moth-tongues-orchids-darwin-evolution)

Messenger, C.. 1997. "The Sphinx Moths (Lepidoptera: Sphingidae) of Nebraska".
(digitalcommons.unl.edu/cgi/viewcontent.cgi?referer=https://en.wikipedia.org/&httpsredir=1&article=1071&context=tnas)

Missouri Department of Conservation. "Sphinx Moths (Hawk Moths)".
(mdc.mo.gov/discover-nature/field-guide/sphinx-moths-hawk-moths)

Mkasper. 2012. "Need For Speed: The Hawk Moth".
(blogs.bu.edu/bioaerial2012/2012/09/28/need-for-speed-the-hawk-moth/)
  






COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.