Kelabang Hutan, Monster Pembunuh yang Gemar Berteduh



Seekor kelabang hutan. (KENPEI / wikimedia.org)

Kelabang hutan (jungle centipede; Scolopendra subspinipes) adalah nama dari sejenis kelabang dengan persebaran habitat yang amat luas. Mereka dapat ditemukan di Asia Tenggara (termasuk Indonesia), Asia Timur, Australia, Afrika Barat, Amerika Selatan, hingga Kepulauan Hawaii. Mereka pada dasarnya bisa ditemukan di habitat apapun selama habitatnya tidak terlalu panas, tidak terlalu dingin, & memiliki banyak tempat teduh yang bisa digunakan oleh kelabang ini untuk bersembunyi.

Sebagai akibat dari luasnya persebaran habitat kelabang ini, kelabang / lipan hutan pun dikenal dengan banyak nama. Mulai dari kelabang Vietnam, kelabang kepala merah Cina, kelabang raksasa Asia, kelabang kepala ceri Malaysia, kelabang Jepang, hingga kelabang berkaki jingga. Kelabang hutan tergolong sebagai spesies kelabang yang berukuran besar karena hewan ini bisa tumbuh hingga sepanjang 20 cm lebih.

Kelabang hutan memiliki penampilan yang cukup bervariasi karena kelabang yang tubuhnya berwarna cokelat, hijau, hingga merah gelap semuanya sudah pernah ditemukan. Lepas dari keberagamannya, semua kelabang hutan memiliki kesamaan fisik berupa kaki-kaki yang berwarna jingga. Antena di kepalanya selalu terdiri dari 18 hingga 19 ruas, sementara tubuhnya terdiri dari 21 ruas / segmen.

Kelabang hutan bernafas dengan memakai lubang-lubang kecil bernama spirakel yang terletak di sepanjang sisi tubuhnya. Saat pernafasan terjadi, kelabang hutan amat mudah kehilangan uap air melalui spirakelnya. Supaya dirinya tidak sampai mengalami dehidrasi, kelabang ini pun memiliki kebiasaan untuk bersembunyi di bawah bebatuan atau kayu ketika cuaca sedang panas. Saat hari sudah gelap atau berawan, barulah kelabang ini keluar dari persembunyiannya untuk beraktivitas.


Kelabang hutan yang sedang memakan tikus putih. (norcalfourrunner / youtube.com)


PERILAKU MAKAN & REPRODUKSI

Seperti spesies kelabang lainnya, kelabang hutan adalah hewan karnivora alias pemakan daging. Kelabang hutan pada dasarnya mau memakan hewan apapun selama hewan tersebut ukurannya tidak berbeda jauh darinya. Entah itu serangga, cacing tanah, kadal, katak, & bahkan tikus.

Untuk melumpuhkan mangsanya, kelabang ini akan menyuntikkan racun dari taring di kepalanya. Supaya mangsanya tidak meronta-ronta saat digigit, kelabang hutan akan memegangi mangsanya dengan memakai kaki-kakinya yang berjumlah banyak.

Kelabang hutan adalah hewan soliter alias penyendiri. Ketika sudah tiba waktunya untuk kawin, pejantan akan mengeluarkan spermatofor / kantung berisi sperma. Betina kemudian akan memuat spermatofor tersebut dalam organ tubuh miliknya yang bernama spermateka. Saat ingin bertelur, betina akan menggunakan simpanan sperma tadi untuk membuahi sel-sel telur yang ada di dalam tubuhnya.

Kelabang hutan betina mengeluarkan telur-telur yang sudah dibuahi di tempat yang gelap & terlindung. Berkebalikan dengan penampilannya yang terkesan garang & menakutkan, kelabang hutan betina adalah induk yang amat peduli akan keselamatan telur-telurnya. Saat telur-telurnya belum menetas, ia akan melindungi telurnya dengan cara melingkarkan tubuhnya di sekeliling telurnya.

Begitu telurnya menetas, bayi kelabang akan tinggal sejenak bersama induknya sebelum kemudian pergi untuk melanjutkan hidupnya secara mandiri. Selama menjalani pertumbuhan, bayi kelabang hutan akan mengalami pergantian kulit berulang kali. Kelabang hutan dewasa juga mengalami pergantiana kulit, namun ia hanya akan melakukannya setahun sekali. Seekor kelabang hutan mengalami kematangan seksual pada usia 3 tahun & bisa hidup hingga usia 10 tahun.


Induk kelabang hutan yang sedang mengerami telurnya. (Martin Thierer-Lutz / myriapoden.de)

Induk kelabang hutan yang sedang mengerami bayinya. (Helenasophiahi / wikimedia.org)


DITAKUTI SEKALIGUS DICARI MANUSIA

Kelabang hutan adalah hewan yang sebaiknya tidak diganggu karena hewan ini memiliki peran penting dalam mengendalikan populasi hewan-hewan hama di habitatnya. Alasan lain kenapa manusia sebaiknya tidak mengganggu kelabang ini adalah karena kelabang hutan bisa memberikan gigitan beracun yang amat menyakitkan. Kelabang hutan sendiri hanya akan menggigit jika benar-benar terpojok. Jika berpapasan dengan manusia, kelabang ini lebih memilih untuk melarikan diri ke tempat yang aman.

Saat kelabang hutan menggigit manusia, ia akan meninggalkan bekas gigitan yang nampak seperti bekas tusukan sepasang jarum. Manusia yang tergigit oleh kelabang ini bakal merasakan perih & bengkak pada bagian tubuh yang tergigit. Jika yang tergigit adalah anak kecil, maka dampaknya bisa jauh lebih parah. Di Filipina, pernah ada bocah berusia 7 tahun yang meninggal usai tergigit kelabang hutan.

Lepas dari reputasi menakutkan yang disandangnya, nyatanya kelabang hutan tetap banyak dicari oleh manusia. Di negara-negara Asia semisal di Cina & Vietnam, kelabang hutan banyak ditangkap karena bisa diolah menjadi sate & obat tradisional. Saking tingginya minat penduduk di negara-negara setempat untuk memakan kelabang, di Indonesia kelabang banyak ditangkap di perkebunan sawit untuk diekspor ke Vietnam.

Seekor kelabang hutan di tangan manusia.

Selain untuk dimakan oleh manusia, kelabang juga bisa dimanfaatkan sebagai pakan ikan arwana. Kalau bagi pecinta hewan eksotik, kelabang hutan merupakan hewan peliharaan yang banyak dicari berkat warnanya yang nampak mencolok sekaligus indah.

Metode pemeliharaan kelabang hutan sendiri tergolong sederhana karena hewan ini tidak memerlukan banyak perawatan khusus. Kelabang hutan bisa dipelihara dalam kandang berdinding transparan (misalnya akuarium) yang bagian dalamnya sudah diberi tanah & onggokan kayu.

Bagian dalam kandang harus dijaga agar tetap lembab dengan suhu rata-rata 26 derajat Celcius. Untuk urusan makanan, kelabang ini bisa diberi makan jangkrik atau kecoa seminggu sekali. Pemberian makanan sebaiknya tidak dilakukan lebih sering dari itu karena kelabang yang makan terlalu banyak cenderung lebih gampang mati. Supaya kelabangnya tidak sampai memanjat keluar kandang, bagian atas kandang harus dilengkapi dengan tutup yang memiliki lubang-lubang kecil sebagai tempat keluar masuk udara.  -  © Rep. Eusosialis Tawon



KLASIFIKASI

Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Chilopoda
Ordo : Scolopendromorpha
Famili : Scolopendridae
Genus : Scolopendra
Spesies : Scolopendra subspinipes



REFERENSI

Brough, C.. "Vietnamese Centipede".
(animal-world.com/encyclo/reptiles/centipedes/VietnameseCentipede.php)

J. Fouskaris & F. Somma. "Vietnamese Centipede".
(www.petbugs.com/caresheets/S-subspinipes.html)

Putri, G.S.. 2019. "Sate Lipan Laris Diekspor ke Vietnam, Bisakah Jadi Makanan Alternatif?".
(sains.kompas.com/read/2019/08/14/130711623/sate-lipan-laris-diekspor-ke-vietnam-bisakah-jadi-makanan-alternatif?page=all)

Yates, J.R.. 1992. "Scolopendra subspinipes (Leach)".
(www.extento.hawaii.edu/kbase/urban/Site/Centip.htm)
 





COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.