Penyu Hijau, Reptil Lautan yang Pandai Menyelam



Seekor penyu yang sedang berenang di dekat permukaan air. (Mbz1 / wikimedia.org)

Penyu. Itulah nama dari sejenis hewan reptil dengan cangkang di punggungnya. Penyu berbeda dari kura-kura karena jika kura-kura memiliki kaki berbentuk menyerupai pilar, maka penyu memiliki kaki yang bentuknya menyerupai sirip. Kemudian jika habitat kura-kura umumnya berupa daratan & perairan air tawar, maka penyu menjadikan laut sebagai habitat utamanya. Penyu juga tidak bisa menarik masuk kepalanya ke dalam cangkang.

Ada 7 spesies penyu yang sudah diketahui oleh manusia. Namun sesuai dengan judulnya, artikel kali ini akan fokus membahas spesies penyu hijau (green sea turtle; Chelonia mydas). Penyu itu sendiri diberi nama demikian karena penyu ini memiliki lapisan lemak berwarna hijau di bawah cangkangnya. Selain dari warnanya, penyu ini dapat dikenali dengan melihat adanya 2 lempeng sisik prefrontal yang terletak di antara kedua matanya (penyu spesies lain memiliki lempeng sisik prefrontal berjumlah 4).

Perbandingan sisik prefrontal penyu hijau & penyu tempayan / loggerhead.

Di luar ciri khas tadi, penyu hijau memiliki ciri-ciri fisik yang serupa dengan penyu pada umumnya. Kakinya berjumlah 4 & berbentuk pipih mengerucut. Pada masing-masing ujung kakinya, terdapat cakar berjumlah 1. Lehernya pendek dengan moncong depan yang agak rata. Cangkangnya berbentuk oval, lebar, & agak datar. Cangkang penyu hijau umumnya berwarna hijau, namun penyu hijau yang hidup di Samudera Pasifik bagian timur diketahui memiliki cangkang yang warnanya nyaris hitam.

Penyu hijau merupakan salah satu spesies penyu terbesar di dunia. Bagaimana tidak, hewan ini bisa tumbuh hingga sepanjang 1,2 meter dengan berat maksimum 200 kilogram. Meskipun besar, penyu hijau bukanlah spesies penyu terbesar di dunia. Spesies penyu terbesar yang sudah diketahui oleh manusia adalah penyu belimbing / penyu punggung kulit (leatherback sea turtle; Dermocherlys corriacea) yang panjang maksimumnya mencapai 1,8 meter.


Perbandingan ukuran manusia dengan penyu hijau & penyu belimbing.


PANDAI BERENANG & MENGHEMAT OKSIGEN

Penyu hijau dapat ditemukan di lautan tropis & subtropis di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Mereka menghabiskan hampir seluruh hidupnya di laut & hanya naik ke darat pada saat-saat tertentu, misalnya saat ingin berkembang biak.

Penyu hijau adalah hewan herbivora yang makanan utamanya terdiri dari ganggang laut & alga. Namun saat masih kecil, penyu hijau juga memakan invertebrata laut seperti ubur-ubur, telur siput laut, cacing laut, & larva Crustacea. Sebagai akibat dari perilaku makannya tersebut, penyu hijau banyak ditemukan di perairan sekitar pantai yang banyak ditumbuhi oleh rumput laut.

Penyu hijau menggunakan indra penglihatannya untuk memantau kondisi sekitarnya. Namun jika ia sedang berada dalam perairan yang gelap, penyu hijau bisa mengetahui kondisi sekitarnya dengan cara mendeteksi medan magnet. Penyu hijau juga memiliki saluran telinga yang sensitif akan arah & tekanan air di sekitarnya.

Penyu hijau bergerak dengan cara menggerakkan keempat kakinya yang berbentuk pipih menyerupai sirip / dayung. Berkat tubuhnya yang berpenampang agak pipih, hambatan yang tercipta ketika tubuhnya bergerak menembus air bisa diminimalkan. Sebagai akibatnya, penyu hijau pun bisa bergerak dengan lincah saat sedang berada di dalam air. Mereka diketahui bisa berenang hingga kecepatan 90 km/jam. Namun dalam kondisi santai, penyu hijau hanya berenang dengan kecepatan 20 km/jam.

Penyu hijau yang sedang memakan rumput laut di dasar laut. (P.Lindgren / wikimedia.org)

Walaupun menghabiskan hampir seluruh hidupnya di dalam laut, penyu hijau bernafas memakai paru-paru. Sebagai akibatnya, mereka pun harus naik ke permukaan laut secara berkala untuk menghirup udara. Begitu penyu hijau kembali menyelam, mereka bisa menahan nafas hingga 7 jam lamanya. Berkat kemampuannya tersebut, penyu hijau pun bisa merumput atau bahkan tidur sejenak di dasar laut tanpa khawatir bakal tenggelam akibat kehabisan oksigen.

Kemampuan penyu hijau untuk menahan nafas begitu lama ditunjang oleh intensitas denyut jantungnya yang menurun drastis setiap kali hewan ini sedang menyelam. Jeda antar detak jantung penyu hijau saat sedang menyelam diketahui bisa mencapai 9 menit. Dampaknya, kadar oksigen yang dikonsumsi oleh penyu hijau saat sedang menyelam pun menjadi jauh lebih rendah, sehingga hewan ini bisa menghemat cadangan oksigen di dalam tubuhnya.



KAWIN DI LAUT, BERTELUR DI DARAT

Penyu hijau jantan & betina memiliki penampilan yang serupa, namun keduanya masih bisa dibedakan. Baik penyu hijau jantan maupun betina sama-sama memiliki kloaka, semacam lubang pengeluaran yang terletak di dekat ekornya. Bedanya adalah pejantan memiliki penis di dalam lubang kloakanya, sementara betina tidak. Panjang dari penis penyu jantan bisa mencapai hampir separuh panjang cangkangnya. Pejantan juga memiliki ekor yang lebih panjang dibandingkan betina.

Perkawinan antar penyu terjadi ketika pejantan menaiki punggung betina & kemudian menyembulkan penisnya untuk dimasukkan ke dalam lubang kloaka betina. Waktu yang dihabiskan oleh penyu hijau untuk melakukan kopulasi (pertemuan antar alat kelamin) berkisar antara beberapa jam hingga 4 hari.

Kadang-kadang pejantan berusaha memaksa pejantan lain mengakhiri perkawinannya lebih cepat dengan cara menaiki punggung pejantan yang sedang kawin, sehingga pejantan tersebut menjadi tidak nyaman & akhirnya melepaskan diri dari betina.

Sepasang penyu jantan yang sedang menaiki penyu betina. (Kate Hickey / westernstarnews.com.au)

Baik pejantan maupun betina bisa melakukan perkawinan beberapa kali dengan lawan jenis yang berbeda-beda. Jika betina merasa sudah cukup melakukan perkawinan, betina akan berenang menuju pantai yang berpasir untuk menaruh telur-telurnya di sana. Sesampainya di sana, betina akan menggali lubang dengan memakai kakinya yang pipih seperti sekop. Sesudah itu, betina akan menaruh telur-telurnya di dalam lubang & kemudian menutup kembali lubang dengan memakai timbunan pasir.

Penyu hijau betina bisa membuat 9 gundukan berisi telur dalam 1 musim kawin. Masing-masing gundukan bisa berisi 75 - 200 butir telur. Waktu yang bisa dihabiskan oleh betina saat bertelur dalam suatu liang bisa mencapai 3 jam. Biasanya penyu mengeluarkan telur-telurnya antara bulan Juni hingga September setiap 2 - 4 tahun sekali.

Penyu hijau betina bisa menggunakan lokasi yang sama dengan tempat kelahirannya dulu untuk menaruh telur-telurnya. Telur penyu hijau memerlukan waktu antara 45 - 75 hari untuk menetas menjadi bayi penyu / tukik.

Penyu hijau betina saat mengeluarkan telur-telurnya. (Innotata / wikimedia.org)

Seperti halnya buaya, jenis kelamin tukik ditentukan oleh suhu di dalam liang gundukannya. Jika suhunya kurang dari 28,5 derajat Celcius, tukik yang menetas kebanyakan akan berjenis kelamin pejantan. Namun jika suhunya lebih dari 30,5 derajat Celcius, tukik yang menetas umumnya akan berjenis kelamin betina.

Tukik yang baru menetas tubuh bagian atasnya berwarna hitam, sementara tubuh bagian bawahnya berwarna putih. Setelah berhasil memanjat keluar dari liang gundukannya, tukik tersebut kemudian akan berjalan ke arah laut secara beramai-ramai.

Tukik biasanya baru akan pergi ke laut pada malam hari supaya ia lebih aman dari hewan pemangsa. Begitu ombak sudah menerpa dirinya, tukik tersebut kemudian akan memulai perjalanan hidupnya di laut secara mandiri. Penyu hijau merupakan hewan dengan tingkat pertumbuhan yang lambat karena mereka baru mencapai kematangan seksual pada usia 27 tahun atau lebih. Sementara untuk usia maksimumnya, penyu hijau diperkirakan bisa hidup hingga usia 75 tahun.

Penyu hijau memiliki banyak musuh di sepanjang hidupnya. Saat masih berwujud telur, mereka rentan dimakan oleh manusia, kucing besar, rubah, reptil, & kepiting. Tukik yang sedang dalam perjalanan menuju laut rentan disergap oleh kepiting & buaya muara. Kemudian begitu sudah berada di dalam laut, mereka kerap dimangsa oleh buaya, ikan besar, & burung laut. Supaya peluang bertahan hidupnya lebih tinggi, tukik yang baru masuk ke dalam laut memiliki kebiasaan untuk berenang secara berkelompok.

Bahkan kalaupun sudah dewasa, penyu hijau tetap menghadapi bahaya dalam hidupnya. Penyu hijau memang memiliki cangkang yang keras, namun mereka tetap bisa terluka fatal jika diserang pada bagian kepalanya.

Di laut, penyu bisa diserang oleh hiu. Kemudian saat naik ke darat untuk bertelur, mereka merupakan sasaran empuk bagi hewan-hewan predator besar. Manusia di sejumlah daerah juga membunuh penyu yang sudah dewasa untuk memakan dagingnya & mengolah cangkangnya menjadi perabotan serta perhiasan.


Kepiting saat menangkap tukik. (BBC Earth / earthtouchnews.com)


PENUMPANG TAK DIUNDANG

Bahaya bagi penyu hijau bukan hanya datang dari hewan pemangsa. Penyu hijau badannya kerap ditempeli oleh barnakel / teritip, sejenis hewan pemakan plankton yang hidup menempel pada permukaan keras. Jika jumlah barnakel yang menempel pada penyu sudah terlalu banyak, penyu yang bersangkutan menjadi lebih sulit berenang. Tidak jarang barnakel membuat penyu terluka saat ia menancapkan akarnya untuk menempel pada kulit penyu.

Karena barnakel dianggap lebih banyak membawa dampak negatif bagi penyu, para ilmuwan & aktivis yang berhasil menangkap penyu dengan tubuh yang ditempeli barnakel bakal langsung berinsiatif mencongkeli barnakel tersebut hingga lepas dari penyu inangnya. Namun barnakel sendiri belakangan tidak selalu dipandang negatif oleh kalangan ilmuwan.

Dengan meneliti barnakel yang baru saja dicongkel dari tubuh penyu, ilmuwan berharap mereka bisa mendapatkan informasi mengenai tempat-tempat mana saja yang pernah disinggahi oleh penyu inangnya. Dengan begitu, ilmuwan bisa menentukan lokasi mana saja yang sebaiknya ditetapkan sebagai tempat perlindungan penyu.

Penyu hijau dengan barnakel yang menempel di sekujur tubuhnya. (Turtle Hospital / southernliving.com)

Kembali ke soal ancaman bagi kehidupan penyu. Seiring dengan kemajuan zaman, penyu kini juga harus berhadapan dengan bahaya baru dalam wujud sampah plastik. Karena plastik yang sedang hanyut di laut nampak seperti ubur-ubur, penyu tersebut secara spontan akan langsung memakannya.

Karena plastik tidak bisa dicerna, penyu tersebut bisa mati tercekik atau keracunan. Kalaupun penyu tadi tidak sampai mati seusai memakan plastik, laju pertumbuhannya menjadi terganggu karena endapan plastik yang tersangkut dalam perutnya menyebabkan nafsu makan penyu jadi menurun.

Kombinasi dari hal-hal tadi, beserta fakta bahwa penyu memerlukan waktu lama untuk mencapai kedewasaan, menyebabkan penyu hijau sekarang menjadi hewan yang terancam punah (endangered). Supaya hewan ini tidak benar-benar punah, penyu hijau pun sekarang ditetapkan sebagai hewan yang dilindungi di banyak negara.

Namun hal tersebut tidak lantas menjadi akhir dari masalah karena nyatanya, masih banyak sampah plastik yang hanyut ke laut & masih ada orang yang memakan telur penyu secara sembunyi-sembunyi. Semoga saja reptil jinak ini tidak sampai lenyap & menjadi korban kesekian dari perilaku manusia yang tidak terkontrol.  -  © Rep. Eusosialis Tawon



KLASIFIKASI

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Testudines
Famili : Cheloniidae
Genus : Chelonia
Spesies : Chelonia mydas



REFERENSI

Castro, J.. 2014. "Animal Sex: How Sea Turtles Do It".
(www.livescience.com/45354-animal-sex-sea-turtles.html)

Hersh, K.. 2016. "Chelonia mydas".
(animaldiversity.org/accounts/Chelonia_mydas/)

Keys, L.. 2020. "Tortoise, turtle or sea turtle – what is the difference".
(www.sciencemill.org/blog/2020/3/11/tortoise-turtle-or-sea-turtle-what-is-the-difference)

Masterson, A.. 2017. "Barnacles to save endangered turtles".
(cosmosmagazine.com/nature/barnacles-enlisted-to-save-endangered-turtles/)

Sea Turtle Conservancy. "Information About Sea Turtles".
(conserveturtles.org/information-sea-turtles-green-sea-turtle/)

Smithsonian Institution. "What is the Largest Sea Turtle? A Sea Turtle Size Comparison Chart".
(ocean.si.edu/ocean-life/reptiles/what-largest-sea-turtle-sea-turtle-size-comparison-chart)

Takeuchi, H.. 1997. "Seri Misteri Alam 58 : Penyu Hijau". PT Elex Media, Jakarta.

WWF. "Green Turtle".
(www.worldwildlife.org/species/green-turtle)

WWF. "Species Spotlight: Green Sea Turtle".
(www.worldwildlife.org/pages/species-spotlight-green-sea-turtle)

WWF. "What do sea turtles eat? Unfortunately, plastic bags".
(www.worldwildlife.org/stories/what-do-sea-turtles-eat-unfortunately-plastic-bags)
  






COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.