Kunang-Kunang, Serangga Malam Penghasil Cahaya



Seekor kunang-kunang yang sedang hinggap sambil berpendar. (Jeremy Hogan / scientificamerican.com)

Kunang-kunang. Itulah nama dari serangga yang terkenal akan kebiasaannya mengeluarkan cahaya pada malam hari. Adapun selain cahayanya, kunang-kunang dapat dikenali dengan melihat tubuhnya yang nampak seperti kecoa kecil. Berkat kemampuannya untuk memancarkan cahaya, kunang-kunang dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama "firefly" (lalat api).

Ada lebih dari 2.000 spesies kunang-kunang yang sudah diketahui oleh manusia & mereka semua digolongkan dalam famili Lampyridae. Oleh ilmuwan, kunang-kunang dikategorikan sebagai sejenis kumbang. Dasar penggolongannya adalah karena kunang-kunang menjalani metamorfosis sempurna dalam hidupnya & memiliki sepasang sayap keras serta sepasang sayap lunak.

Karena kunang-kunang terdiri dari banyak spesies, kunang-kunang pun memiliki wujud & ukuran yang beragam. Panjang tubuh mereka berkisar antara 4 mm hingga 1,8 cm. Beberapa spesies kunang-kunang menampilkan dimorfisme seksual alias perbedaan fisik antar kelamin. Jika kunang-kunang jantan memiliki sayap lengkap, maka kunang-kunang betina bentuknya lebih menyerupai ulat karena bertubuh panjang & tidak bersayap.

Kunang-kunang jantan & betina dari spesies Lampyris noctiluca. (Zdenek Chalupa / biolib.cz)

Habitat kunang-kunang tersebar di seluruh dunia, namun mereka cenderung lebih mudah ditemukan di tepi sungai, danau, & rawa. Pasalnya kunang-kunang menyukai habitat yang lembab & bersuhu hangat. Kunang-kunang adalah hewan nokturnal yang baru aktif pada malam hari. Pada siang hari, mereka bersembunyi di atas tanah atau di antara kerimbunan rumput.

Larva kunang-kunang adalah hewan karnivora yang makanan utamanya terdiri dari siput & cacing. kunang-kunang dewasa memiliki perilaku makan yang berbeda antar spesies. Ada kunang-kunang dewasa yang memakan nektar bunga & sari buah. Ada pula kunang-kunang dewasa yang memakan kunang-kunang lainnya. Sejumlah spesies kunang-kunang bahkan tidak pernah makan pada fase dewasa karena ia mengandalkan cadangan makanan dari fase larva.



BERBICARA LEWAT CAHAYA

Sekarang mari kita bicara soal hal yang paling terkenal dari kunang-kunang : cahayanya. Organ cahaya kunang-kunang terletak di ujung ekornya. Cahaya tersebut berasal dari zat bernama luciferin & luciferase. Tidak seperti cahaya yang dipancarkan lampu, cahaya yang dipancarkan oleh kunang-kunang tidak terasa panas. Dalam ranah biologi, cahaya yang dihasilkan oleh hewan dikenal dengan istilah "bioluminescence".

Tujuan kunang-kunang memancarkan cahaya adalah untuk berkomunikasi dengan kunang-kunang lain, mencari pasangan kawin, & menakut-nakuti musuhnya. Kunang-kunang tidak memancarkan cahayanya secara terus-menerus, melainkan sambil berkedip-kedip. Masing-masing spesies kunang-kunang memiliki pola & intensitas kedipan yang berbeda antar spesies.

Kunang-kunang yang sedang terbang. (Yikrazuul / commons.wikimedia.org)

Sebagai contoh, ada spesies kunang-kunang yang mengedipkan cahayanya beberapa kali dalam 1 detik. Namun ada juga spesies kunang-kunang yang memancarkan cahayanya dalam waktu agak lama sebelum kemudian memadamkannya sejenak. Dengan mengenali pola kedipan spesiesnya sendiri, kasus perkawinan beda spesies bisa dihindari oleh kunang-kunang.

Pola kedipan masing-masing spesies yang khas lantas dimanfaatkan oleh kunang-kunang betina dari genus Photuris. Kunang-kunang ini menjadikan kunang-kunang jantan dari genus Photinus sebagai mangsanya. Kunang-kunang genus Photinus memiliki zat kimia yang membuatnya aman dari serangan laba-laba. Dengan memakan daging kunang-kunang Photinus & menyerap zat kimianya, kunang-kunang Photuris bakal mendapatkan kekebalan serupa.

Untuk mendapatkan mangsanya, mula-mula kunang-kunang Photuris betina akan memancarkan cahaya yang pola kedipannya serupa dengan pola kedipan kunang-kunang Photinus. Karena mengira cahaya tersebut berasal dari sesama spesiesnya, kunang-kunang Photinus jantan pun tanpa curiga langsung terbang menuju sumber cahaya. Namun sesampainya di sana, ia langsung disergap & dimakan oleh kunang-kunang Photuris yang ukurannya jauh lebih besar.


Kunang-kunang Photuris betina yang sedang memakan kunang-kunang Photinus jantan. (fascinatingnoun / pinterest.com)


SIKLUS HIDUP

Kunang-kunang menjalani metamorfosis sempurna yang berarti hewan menjalani 4 tahapan dalam siklus hidupnya : telur, larva, kepompong, & kunang-kunang dewasa. Pada beberapa spesies, telur & larva kunang-kunang juga bisa memancarkan cahaya, khususnya saat terkena sentuhan.

Sudah dijelaskan sebelumnya kalau kunang-kunang mengandalkan cahaya untuk menemukan pasangan kawin. Saat mencari pasangan kawin, pejantan akan terbang sambil mengedip-ngedipkan cahayanya, sementara betina mengedip-ngedipkan cahayanya sambil hinggap pada rumput atau batang pohon. Saat sudah menemukan pasangan yang cocok, kunang-kunang jantan & betina selanjutnya melakukan perkawinan.

Betina yang sudah kawin akan mengeluarkan telur-telurnya di atas tanah. Setelah beberapa lama, telur tersebut akan menetas menjadi larva yang bertubuh panjang. Larva kunang-kunang hidup dari memakan hewan-hewan bertubuh lunak seperti siput & cacing. Beberapa spesies larva kunang-kunang bisa hidup di dalam air karena mereka memiliki insang. Setelah mencapai ukuran tertentu, larva akan berubah menjadi kepompong & kemudian kunang-kunang dewasa.


Larva kunang-kunang yang sedang memakan siput. (Txanbelin / treehugger.com)


MELINDUNGI DIRI DENGAN DARAH

Kunang-kunang rentan dimangsa oleh hewan apapun yang berukuran lebih besar dari dirinya. Untuk melindungi diri, kunang-kunang mengandalkan suasana malam yang gelap supaya sulit ditemukan. Namun jika keberadaannya sampai diketahui oleh pemangsa, kunang-kunang masih bisa melindungi diri dengan cara memancarkan cahayanya.

Kunang-kunang juga bisa melindungi diri dengan cara mengeluarkan darahnya sendiri. Karena darah kunang-kunang mengandung zat kimia yang rasanya tidak enak, hewan yang tadinya hendak memakan kunang-kunang diharapkan akan langsung membatalkan niatnya.

Bagi beberapa hewan (khususnya reptil), zat kimia pada darah kunang-kunang memiliki efek layaknya racun. Karena alasan itulah, kunang-kunang sebaiknya tidak digunakan sebagai pakan hewan peliharaan.

Di alam liar, nasib kunang-kunang sendiri ternyata tidak begitu menggembirakan. Semakin banyaknya bangunan yang didirikan oleh manusia menyebabkan semakin banyak polusi cahaya yang bermunculan. Padahal kunang-kunang memerlukan kegelapan supaya bisa melihat cahaya yang dipancarkan oleh pasangan kawinnya.

Jika kunang-kunang tidak bisa melihat cahaya dari kunang-kunang lain, peluang kunang-kunang untuk mendapatkan pasangan kawin & menghasilkan keturunan pun menjadi semakin rendah. Akibatnya, populasi kunang-kunang di habitat liarnya bakal terus menurun. Jika hal ini terus dibiarkan, dikhawatirkan kunang-kunang tidak akan bisa lagi ditemukan oleh manusia di masa depan.  -  © Rep. Eusosialis Tawon



KLASIFIKASI

Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Coleoptera
Famili : Lampyridae



REFERENSI

 - . 1996. "Hamparan Dunia Ilmu Time-Life : Perilaku Binatang.". PT Tira Pustaka, Jakarta.

Lee, A.. 2019. "And There Was Light".
(thevillagenews.co.za/and-there-was-light/)

Pfeiffer, B.. "Facts About Fireflies".
(www.firefly.org/facts-about-fireflies.html)

Pfeiffer, B.. "Firefly Habitat".
(www.firefly.org/firefly-habitat.html)

Pfeiffer, B.. "How to Catch Fireflies".
(www.firefly.org/how-to-catch-fireflies.html)

Pfeiffer, B.. "Light Pollution".
(https://www.firefly.org/light-pollution.html)

Pfeiffer, B.. "Types of Fireflies".
(www.firefly.org/types-of-fireflies.html)

Segelken, R.. 1997. "Lured and liquidated, gullible male fireflies supply 'femmes fatales' with a lifesaving chemical".
(news.cornell.edu/stories/1997/09/cornell-biologists-report-mimicry-and-murder-night)

T. Bartlett, dkk.. 2004. "Family Lampyridae - Fireflies".
(bugguide.net/node/view/85)

Yajima, M.. 1996. "Seri Misteri Alam 4 : Kunang-Kunang". PT Elex Media, Jakarta.

 






COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.