![]() |
Peta lokasi dari Irak & Iran. (Sumber) |
Timur Tengah bisa dibilang sebagai tanah penuh anugerah & bencana. Alasannya jelas, mayoritas wilayah Timur Tengah memiliki kandungan minyak di dalamnya yang bernilai tinggi & berguna untuk memenuhi kebutuhan energi masyarakat dunia. Selain itu, secara geografis letak Timur Tengah juga sangat strategis karena terletak di antara 3 benua utama : Eropa, Asia, & Afrika. Di sisi lain, berkah dari Timur Tengah juga menyebabkan daerah ini penuh pergolakan karena benturan kepentingan & iming-iming kekayaan. Salah satu dari sekian banyak konflik di Timur Tengah adalah Perang Irak-Iran.
Perang Irak-Iran (dikenal juga dengan nama Perang Teluk I, untuk membedakannya dengan perang di Irak & Kuwait pada tahun 1991) adalah perang yang berlangsung pada tahun 1980 - 1988 antara Irak melawan Iran. Baik Irak maupun Iran sama-sama mengklaim kemenangan dalam perang tersebut di mana pada awalnya Irak melakukan penyerbuan ke wilayah Iran, namun kemudian Irak berhasil dipukul mundur & selanjutnya Iran yang berbalik menyerbu wilayah Irak sebelum PBB menyerukan gencatan senjata. Perang tersebut bisa dibilang merupakan salah satu perang modern paling berdarah di Timur Tengah di mana jumlah korban tewas mencapai 1 juta jiwa lebih & mayoritasnya merupakan warga Iran.
LATAR BELAKANG
Ada beberapa hal yang disebut-sebut memicu meletusnya perang antara Irak melawan Iran di mana hal-hal tersebut menyangkut berbagai aspek, utamanya aspek politik & sektarian :
1. Sengketa Atas Shatt al-Arab & Khuzestan
![]() |
Peta dari Shatt al-Arab. (Sumber) |
Karena letaknya yang berada di perbatasan & posisi strategisnya yang mengarah ke Teluk Persia, sungai tersebut menjadi bahan sengketa Irak & Iran. Sebelum perang antara kedua meletus, sejak tahun 1975 sungai tersebut menjadi milik kedua negara di mana batasnya adalah pada titik terendah sungai berdasarkan Persetujuan Aljier (Algier Accord).
Wilayah lain yang menjadi sengketa kedua negara adalah provinsi Khuzestan yang kaya minyak. Wilayah tersebut selama ini menjadi wilayah Iran, namun sejak tahun 1969 Irak mengklaim bahwa Khuzestan berada di tanah Irak & wilayah tersebut diserahkan ke Iran ketika Irak dijajah oleh Inggris. Lebih lanjut, stasiun TV milik Irak bahkan memasukkan Khuzestan sebagai wilayah Irak & menyerukan warga Arab di sana untuk memberontak melawan Iran.
2. Munculnya Revolusi Islam di Iran
Tahun 1979 merupakan tahun terpenting dalam sejarah Iran modern hingga menjadi seperti Iran sekarang. Di tahun itu, terjadi revolusi pemerintahan di mana rezim kerajaan Pahlevi yang dianggap sebagai rezim boneka AS tumbang & digantikan oleh sistem republik Islam. Pasca revolusi tersebut, muncul kekhawatiran di kalangan nasionalis Arab & Muslim Sunni bahwa revolusi tersebut akan menyebar ke negara-negara Arab di sekitarnya. Kekhawatiran terbesar terutama datang dari Irak yang wilayahnya memang bersebelahan dengan Iran & memiliki penganut Syiah berjumlah besar di wilayahnya.
![]() |
Ayatullah Rohullah Khomeini. (Sumber) |
Irak di bawah kendali Saddam Hussein & Partai Baath memiliki ambisi untuk menjadi kekuatan dominan di wilayah Arab di bawah bendera pan-Arabisme sejak meninggalnya Presiden Mesir, Gamal A. Nasser. Revolusi Islam yang terjadi di Iran tersebut dianggap sebagai penghalang karena bertentangan dengan prinsip nasionalisme sekuler Arab. Selain untuk mencegah menyebarnya revolusi Islam, Irak juga berusaha mengambil keuntungan dengan kondisi internal Iran yang tidak stabil pasca revolusi Islam untuk merebut wilayah-wilayah yang menjadi bahan sengketa dengan Iran & menambah sumber minyak Irak.
3. Percobaan Pembunuhan Terhadap Pejabat Irak
Pertengahan tahun 1980, terjadi percobaan pembunuhan kepada Deputi Perdana menteri Irak, Tariq Aziz. Irak kemudian menangkap sejumlah orang yang diduga terlibat atas percobaan pembunuhan tersebut & mendeportasi ribuan warga Syiah berdarah Iran keluar dari Irak. Pemimpin Irak, Saddam Hussein, menyalahkan Iran sambil menyebut ada agen Iran yang terlibat dalam peristiwa tersebut. Peristiwa itu selanjutnya semakin memanaskan hubungan kedua negara hingga akhirnya pada bulan September 1980, Irak melancarkan serangannya ke Iran.
TAHUN 1980 - 1982 : PENYERBUAN OLEH IRAK
![]() |
Iring-iringan tank pasukan Irak saat menerobos perbatasan Iran. (Sumber) |
Tanggal 22 September 1980, jet-jet tempur Irak menyerang 10 pangkalan udara milik Iran dengan tujuan menghancurkan pesawat tempur Iran di darat, taktik yang dipelajari dari kemenangan Israel atas Arab dalam Perang 6 Hari. Serangan dari pasukan udara Irak berhasil menghancurkan gudang amunisi & jalur transportasi darat, namun sebagian besar pesawat Iran tetap utuh karena terlindung dalam hanggar yang terlindungi secara khusus. Kegagalan Irak menghancurkan pesawat-pesawat tempur Iran dalam serangan kejutan tersebut memberi peluang bagi Iran untuk melancarkan serangan udara balasan ke Irak.
Sehari kemudian, Irak melakukan serangan darat ke wilayah Iran dari 3 front sekaligus. Inti dari serangan tersebut adalah untuk menguasai Khuzestan & Shatt al-Arab di mana 4 dari 6 divisi pasukan Irak dalam penyerbuan dikirim untuk menguasai kedua wilayah tersebut. Sisanya dipecah jadi 2 untuk menguasai front utara (Qasr-e Shirin) & front tengah (Mehran) untuk mengantisipasi serangan balik yang mungkin dilakukan oleh Iran. Hasilnya, usai serangan mendadak itu Irak berhasil menguasai wilayah Iran seluas 1.000 km persegi.
![]() |
Peta dari Khorramshahr. (Sumber) |
Iran yang tertekan sempat berusaha melakukan serangan balasan kepada Irak pada awal tahun 1981, namun gagal karena presiden Iran, Bani Sadr, nekat memimpin langsung pasukan reguler Iran sekalipun dia hanya memiliki pengetahuan militer yang minim. Ia mengirimkan 3 resimen pasukan reguler tanpa didukung oleh Pasdaran & tidak memperhitungkan waktu serangan di saat hujan yang bakal menyulitkan suplai logistik. Akibatnya, pasukan Iran dikepung pasukan Irak & banyak dari kendaraan lapis baja Iran yang hancur atau perlu ditinggalkan karena terjebak dalam lumpur.
TAHUN 1982 : TITIK BALIK & MUNDURNYA IRAK
![]() |
Pasukan milisi Basij. (Sumber) |
Pasukan Irak di wilayah Iran dalam perkembangannya tidak bisa bergerak lebih jauh lagi sejak bulan Maret 1981 setelah pasukan mereka dikalahkan oleh milisi Basij yang jumlahnya mencapai ribuan di Sungai Kanun. Sejak itu, Irak lebih banyak melakukan taktik defensif untuk mempertahankan wilayah taklukan mereka & hanya terjadi sedikit pergeseran di garis depan. Faktor utamanya adalah kesalahan prediksi di mana Irak memperkirakan warga Arab Sunni di Iran bakal membantu mereka. Namun faktanya, mereka - bersama rakyat Iran lainnya - justru bersatu & bahu-membahu melawan Irak.
![]() |
Pasukan Iran saat merayakan kemenangan mereka di Khorramshahr. (Sumber) |
Bulan Mei 1982, Iran berhasil merebut kembali wilayah Khorramshahr. Dalam pertempuran memperebutkan wilayah tersebut, Irak kehilangan 7.000 tentara, sementara Iran 10.000 sehingga menjadikan pertempuran itu sebagai salah satu pertempuran paling berdarah dalam inisiatif serangan balik Iran. Sejak kemenangan tersebut, Iran berganti menjadi pihak yang menekan Irak & pada bulan Juni berhasil mendapatkan kembali seluruh wilayahnya yang sebelumnya dikuasai oleh Irak.
Saddan Hussein yang melihat bahwa moral pasukannya sudah terlanjur runtuh akibat serangkaian kekalahan melawan Iran pun menyatakan akan segera menarik seluruh pasukannya dari Iran & menawarkan gencatan senjata kepada Iran. Tawaran gencatan senjata itu mencakup pembayaran ganti rugi perang sebesar 70 juta dollar AS oleh negara-negara Arab. Iran menolak tawaran gencatan senjata tersebut sambil menyatakan bahwa mereka akan menyerbu Irak & tidak akan berhenti sampai rezim yang berkuasa di Irak digantikan oleh pemerintahan republik Islam.
TAHUN 1982 - 1988 : PENYERBUAN OLEH IRAN
Bulan Juli 1982, Iran melancarkan serangannya ke kota Basra, Irak, di bawah kode sandi "Operasi Ramadhan". Dalam serangan tersebut, puluhan ribu anggota Basij & Pasdaran mengorbankan diri mereka dengan berlari melewati ladang ranjau untuk memberi jalan bagi tank-tank di belakangnya di mana selain menghadapi bahaya ranjau, mereka juga dihujani tembakan artileri pasukan Irak. Irak berhasil mencegah Iran merengsek lebih jauh berkat ketangguhan persenjataannya di garis pertahanan, namun Irak juga harus kehilangan sejumlah kecil wilayah karena dikuasai Iran.
![]() |
Saddam (kanan) saat bertemu perwakilan AS, Donald Rumsfeld. (Sumber) |
Karena keberpihakan terang-terangan AS ke Irak, maka cukup mengejutkan ketika AS diketahui juga membantu Iran dengan jalan menjual persenjataan ke Iran secara diam-diam (dikenal sebagai skandal Iran-Contra). Henry Kissinger - salah satu tokoh penting Gedung Putih - menyatakan bahwa AS merasa baik Irak & Iran sama-sama tidak boleh kalah untuk mencegah dominasi dari pihak pemenang di kawasan tersebut. Israel juga dikabarkan menjual persenjataan ke Iran secara diam-diam kendati kedua negara tidak lagi menjalin hubungan diplomatik pasca Revolusi Islam di Iran, namun Iran sendiri hingga sekarang selalu membantah kabar tersebut.
Kembali ke medan perang, Iran berpikir bahwa Irak bisa direbut dengan melacarkan serangan besar-besaran dari berbagai front. Maka pada tahun 1983, Iran melakukan 3 penyerbuan besar yang disusul 2 penyerbuan lainnya dengan mengerahkan ratusan ribu personil tentaranya. Iran sempat berhasil menembus garis pertahanan Irak, namun Irak berhasil memukul balik Iran dengan melakukan serangan udara mendadak secara besar-besaran. Hingga akhir tahun 1983, tercatat 120.000 personil Iran & 60.000 personil Irak tewas dalam peperangan.
![]() |
Pasukan Iran yang sedang berlari di tengah medan tempur. (Sumber) |
Iran yang kehilangan begitu banyak personilnya akibat sejumlah penyerbuan yang gagal sebelumnya belum mengendurkan serangan. Bulan Februari 1984, Iran menggelar "Operasi Fajar" (Operation Dawn) yang ditargetkan ke kota Kut al-Amara dengan tujuan memotong jalur perairan yang menghubungkan Baghdad & Basra. Dalam operasi militer itu, Iran mengerahkan 500.000 personil Basij & Pasdaran.
Pertempuran dalam Operasi Fajar sekaligus menjadi seperti head-to-head kekuatan militer yang dominan di masing-masing negara. Iran unggul jumlah tentara tapi kekurangan alutsista pendukung macam pasukan udara & artileri sehingga Iran banyak menjalankan taktik mengerubungi pertahanan musuh dengan tentara (human wave attack), sementara Irak kalah jauh dalam hal jumlah tentara tapi unggul dalam hal alutsista. Periode antara tanggal 29 Februari hingga 1 Maret merupakan salah satu episode pertempuran terbesar dalam Perang Irak-Iran di mana dalam pertempuran itu, masing-masing pihak kehilangan 20.000 tentaranya.
Iran kembali melancarkan agresi militer antara akhir Februari hingga Maret 1984 di bawah kode sandi "Operasi Khaibar" dengan memakai sejumlah serangan pendobrak ke Kota Basra. Agresi militer tersebut berujung keberhasilan pasukan Iran merebut Pulau Majnun yang kaya minyak. Irak sempat melancarkan serangan balik untuk merebut wilayah tersebut, termasuk dengan memakai senjata kimia. Namun pasukan Iran tetap berhasil mempertahankan pulau tersebut hingga menjelang akhir perang.
![]() |
Tentara Iran yang memakai topeng gas untuk menangkal efek senjata kimia Irak. (Sumber) |
TAHUN 1984 - 1988 : PERANG TANKER
Tahun 1984, Irak yang baru mendapat bantuan pesawat tempur Super Etentard terbaru dari Perancis melakukan operasi militer di laut mulai dari muara Shatt el-Arab hingga pelabuhan Iran di Bushehr. Target dari operasi militer tersebut adalah semua kapal yang bukan berbendera Irak di wilayah operasi militer, baik itu kapal berbendera Iran maupun kapal netral yang dari atau menuju Tehran. Tujuannya adalah untuk memblokade ekpsor minyak Iran & mempengaruhi ekonominya sehingga Iran mau berunding dengan Irak. Kebijakan militer Irak tersebut lalu mengawali babak baru dalam perang yang dikenal sebagai "perang tanker".
Jika ditelusuri, sebenarnya perang tanker sudah dimulai sejak tahun 1981 di mana pasukan laut Irak saat itu menargetkan titik-titik penting milik Iran di laut seperti pelabuhan & kilang minyak. Dalam operasi militernya di laut tersebut, Irak lebih banyak memakai angkatan udaranya untuk melakukan serangan. "Perang tanker fase I" tersebut berlangsung selama 2 tahun setelah baik Irak maupun Iran kekurangan armada kapal untuk meneruskan operasi militernya. Baru pada tahun 1984, Irak memutuskan untuk kembali melakukan operasi militer di laut sekaligus mengawali babak baru "perang tanker fase II".
![]() |
Kapal tanker Arab Saudi yang terbakar dalam "perang tanker". (Sumber) |
Upaya Irak untuk memblokade jalur transportasi minyak Iran gagal melumpuhkan ekonomi Iran karena ketika Irak memblokade kawasan teluk, Iran hanya memindahkan pelabuhannya ke Kepulauan Larak di dekat Selat Hormuz sehingga aktivitas ekspor minyaknya relatif tidak terganggu. Di lain pihak, justru Irak yang perekonomiannya terancam setelah Suriah - sekutu Iran saat itu - memblokade pipa minyak Irak ke Mediterania sejak tahun 1982. Sebagai antisipasinya, Irak pun mengalihkan aktivitas ekspor minyaknya lewat Kuwait & jalur pipa minyak baru dibangun melewati Laut Merah serta Turki.
TAHUN 1987 - 1988 : IKUT CAMPURNYA AMERIKA SERIKAT (AS)
Situasi perang tanker yang semakin membabi buta karena ikut menargetkan kapal-kapal tanker dari negara-negara yang netral membuat Kuwait meminta bantuan pihak internasional pada tahun 1986. Uni Soviet adalah negara pertama yang merespon dengan mengirimkan kapal-kapal perangnya untuk mengawal kapal tanker Kuwait. Kebijakan Uni Soviet lalu diikuti oleh AS pada tahun 1987 yang sebenarnya sudah didekati Kuwait lebih dulu.
![]() |
Kilang minyak Iran yang terbakar akibat serangan AS. (Sumber) |
Tujuan utama AS dalam penerjunan armada lautnya di sekitar Teluk adalah untuk mengisolasi Iran & menjaga agar kapal-kapal bebas berlayar di sana. AS baru melancarkan serangan langsung ke Iran dengan menghancurkan kilang minyak Iran di ladang minyak Rostam setelah pasukan Iran menenggelamkan kapal tanker Kuwait berbendera AS, Sea Isle City. Setahun kemudian, tepatnya bulan April 1988, AS kembali menyerang kilang minyak & kapal-kapal perang Iran setelah kapal perangnya, USS Samuel B. Roberts, tenggelam akibat ranjau laut Iran.
Tanggal 3 Juli 1988, kapal perang AS, USS Vincennes, menembak jatuh pesawat sipil Iran sehingga seluruh penumpang & awak pesawatnya tewas. AS berdalih kalau pasukannya salah mengira bahwa pesawat sipil tersebut adalah pesawat tempur Iran karena tidak mengidentifikasikan dirinya ke kapal perang sebagai pesawat sipil. Namun, klaim AS tersebut dibantah oleh Iran & sumber independen lainnya seperti bandara Dubai yang menyatakan kalau pesawat tersebut sudah mengidentifikasikan dirinya ke kapal AS sebagai pesawat sipil melalui radio.
TAHUN 1988 : GENCATAN SENJATA & PASCA PERANG
Antara bulan April hingga bulan Agustus 1988, arah pertempuran mulai kembali menguntungkan Irak setelah Irak berhasil meraih beberapa kemenangan penting atas Iran. Dalam pertempuran pada kurun waktu tersebut, Irak juga berhasil merebut sejumlah besar alutsista milik Iran & menguasai kembali Semenanjung Al-Faw serta Kepulauan Majnun yang kaya minyak. Iran yang mulai terdesak akhirnya mau menerima Resolusi Dewan Keamanan PBB 598 sehingga Perang Irak-Iran yang sudah berlangsung selama 8 tahun pun berakhir pada tanggal 20 Agustus 1988.
![]() |
Monumen Perang Irak-Iran di Baghdad, Irak. (Sumber) |
Tidak diketahui secara pasti berapa jumlah korban tewas dalam Perang Irak-Iran. Beberapa sumber memperkirakan bahwa jumlah korban tewas Irak mungkin mencapai 200.000 jiwa lebih, sementara Iran mencapai 1 juta jiwa sebagai akibat dari taktik militer Iran yang banyak mengorbankan tentaranya untuk berhadap-hadapan langsung dengan moncong senjata musuh. Jumlah tersebut belum termasuk mereka yang meninggal kemudian akibat luka parah & penyakit, termasuk akibat penggunaan senjata kimia Irak yang berdampak jangka panjang.
Selain kerugian material & korban jiwa, tidak ada perubahan berarti pasca perang. Wilayah-wilayah yang menjadi bahan sengketa statusnya kembali seperti sebelum perang & batas antara kedua negara juga tidak banyak berubah. Wilayah perairan Shatt al-Arab contohnya, tetap dibagi menjadi milik kedua negara dengan batasnya adalah titik terdalam pada perairan. Pasca perang, kedua negara juga melakukan perbaikan hubungan bilateral. - © Rep. Eusosialis Tawon
RINGKASAN PERANG
1. Waktu & Lokasi Pertempuran
- Waktu : 1980 - 1988
- Lokasi : Irak, Iran, Teluk Persia
2. Pihak yang Bertempur
(Negara) - Irak
melawan
(Negara) - Iran
3. Hasil Akhir
- Perang berakhir tanpa pemenang
- Status wilayah sengketa tidak berubah
4. Korban Jiwa
- Irak : sekitar 200.000
- Iran : sekitar 1.000.000
REFERENSI
GlobalSecurity.org - Iran-Iraq War (1980-1988)
Military History Encyclopedia on the Web - Tanker War 1984-1988
Wikipedia - Iran-Iraq War
Wikipedia - Israeli support for Iran during the Iran-Iraq war
COBA JUGA HINGGAP KE SINI...

Sejak jaman dulu negara di Timur Tengah selalu terlibat pertikaian yang ibasnya menyeret masyarakat dunia.Tak hanya masalah materi yang jadi pemicu,idealismepun jadi alasan saling bunuh bangsa serumpun ini.
BalasHapusMungkin ini menjadi salah satu alasan mengapa Tuhan menurunkan nabi-nabi di daera yang panas ini.
namanya juga negeri kaya minyak..
BalasHapuskalo menurut kebanyakan orang sih katanya perang tersebut juga disebabkan oleh konflik sunni-syiah...
BalasHapus*aku dah ngetik panjang lebar ilang* hiks
BalasHapusfuuuhhhhh....... aku heran banget sama yg namanya AS deh, bisa ngga si die ngga usah ikut campur negara laen?
sebelum revolusi Agama di Iran, die dukung Iran
pas Perang Irak-Iran, die dukung Irak *blak-blakan*
setelah itu nyerang Irak juga
mau nya apa?? menjadikan Irak-Iran Negaranya AS gitu??
ckckckckck......... serakah!! *esmosi*
nais info gan
BalasHapusKonflik yg amat dahsyat...
BalasHapuscara penyelesaiannya mana?
BalasHapus@anonim
BalasHapusMaksud anda? Penyelesaian damai dari konflik Irak & Iran? Kan udah ditulis di paragraf terakhir di bagian 2 artikel
Blog yang isinya benar-benar menarik sekali! Untung sekarang sudah berakhir perang Irak-Iran. Bagaimana kalau ditulis juga tentang Perang 6 hari Arab-Israel? Terima kasih!
BalasHapus@anonim
BalasHapusTerima kasih buat tanggapannya. Mengenai usulan membahas Perang 6 Hari, saya tampung dulu ya usulannya. Kalau sempat akan saya coba bahas.
Terima kasih atas infonya. Saya kira hikmahnya adalah perpecahan antara umat Islam di sana yang didukung negara lain. Semoga nasionalisme sekuler di berbagai negara cepat berakhir.
BalasHapusthanks untuk artikel-nya, bang. Saya dukung anonim, mengenai perang 6 hari. semoga bisa direalisasikan segera tulisan mengenainya.
BalasHapusWassalamualaikum...
ternyata irak belajar juga dari israel yah hahahahahahaha
BalasHapusIraq negara yang tidak akan pernah lepas dari yang namanya konflik,bangsa babilonia yang pernah berjaya,dari hadist Rasullulah pun memang akan perang,di mana akan mengeringnya sungai eufrat
BalasHapusmetode penyelesaiannya mana kak? kok gk ada
BalasHapus@A wahab
BalasHapusMetode penyelesaian yang apa? Kalau soal bagaimana perangnya berakhir sudah saya tulis di bagian yang tahun 1988. Tapi soal detail perundingan & proses normalisasi pasca perang, nggak saya tulis karena fokus bahasan saya adalah alur peperangannya.
Saya bernama MORAIDA LUNA. Saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman untuk sangat berhati-hati karena ada penipuan di mana-mana. Beberapa bulan yang lalu saya tegang finansial, dan karena putus asa, saya telah penipuan oleh beberapa lender online. Saya hampir kehilangan harapan sampai seorang teman saya merujuk saya ke pemberi pinjaman sangat handal disebut Mrs Amanda yang meminjamkan pinjaman tanpa jaminan dari € 53.000 dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa tekanan atau stres dengan tingkat bunga hanya 2%. Jadi jika Anda membutuhkan pinjaman, menghubunginya via email nya: amandarichardson686@gmail.com atau amandarichardssonloanfirm@gmail.com
BalasHapusAnda juga dapat menghubungi saya di email saya moraidaluna@gmail.com.
Turhanyut dalam ceritanya.
BalasHapusKlo baca cerita2 gini emang seru dan asyik.. tapi bagaimana klo kita terlibat jadi apa kita tak tahu..
BalasHapusSedih ngeliat keadaan islam setelah kepergian sang Nabi SAW. Diawali perselisihan kaum anshar dan muhajirin pada pembaiaatan Abu Bakar. Pembunuhan khalifah usman. Sengketa Ali dan Aisyah. Perang siffin. Lahirnya golongan khawarij. ideologi Syiah dan Sunni. Dan jadi tunggangan negara setan untuk saling menghancurkan. Bagaimana mungkin pembunuh dan yang dibunuh sama sama berkata AllahuAkbar. Dan sedih ngebaca diatas pas saddam husein mengungkit perang qaddisyah. Mungkin dia lupa tujuan perang di masa itu untuk apa,bukan untuk kekuasaan tapi penyebaran hidayah. Dan akhirnya dia dan mereka saling membunuh saudara mereka sesama muslim. Mungkin mereka lupa firman Allah dan juga sabda Rasulullah. Tidak ada yang membedakan muslim arab dan non arab melainkan ketaqwaan nya disisi Allah. Sekarang semua nya telah selesai semoga lebih baik lagi hub. Bilateral nya dan dapat menyadari musuh yang sebenarnya.
BalasHapusSemoga tidak ada lagi hal seperti ini dimasa mendatang. Amin
BalasHapusDampaknya irak ekonomi nya terpuruk sehingga Irak menyerang kuwait
BalasHapusBerita perang irak iran menjadi pengisi siaran dunia TVRI selama tahun 1980 an disamping perang Lebanon
BalasHapusJadi ingat qasidah nasida ria (judulnya perang teluk). Ku lahir pada tahun 86
BalasHapus