AEK Athena, Klub yang Dilahirkan Perang Turki-Yunani



Logo klub AEK.

AEK, atau sering juga dikenal dengan nama AEK Athena, adalah nama dari sebuah klub sepak bola yang berbasis di Athena, ibukota Yunani. Dibentuk pada tahun 1924 oleh para atlet berdarah Yunani yang mengungsi dari Konstantinopel, AEK dalam perkembangannya berhasil tumbuh menjadi salah satu klub sepak bola terbesar di Yunani.

AEK memiliki lambang resmi yang desainnya berubah-ubah dari masa ke masa, namun selalu menampilkan gambar elang berkepala 2. Sementara untuk urusan warna seragam, AEK menggunakan warna kuning & hitam sebagai warna utamanya.

Bicara soal sejarah AEK, maka kita harus mundur ke dekade 1920-an. Periode di mana Perang Kemerdekaan Turki antara pasukan nasionalis Turki melawan pasukan pendudukan masih berlangsung. Perang itu sendiri timbul karena sesudah berakhirnya Perang Dunia I (PDI) dengan kekalahan Ottoman, Ottoman diharuskan menyerahkan sebagian besar wilayahnya ke negara-negara Sekutu.

Sebagai contoh, wilayah Anatolia barat & Thracia timur harus diserahkan ke Yunani, negara tetangga sekaligus rival Ottoman di sebelah barat. Sementara ibukota Konstantinopel (sekarang bernama Istanbul) berada di bawah kendali pasukan negara-negara Sekutu pemenang PDI.

Karena kelompok nasionalis sekuler Turki merasa kecewa dengan pemerintah Ottoman yang dianggap terlalu lembek kepada negara-negara Sekutu, mereka pun berinsiatif melakukan pemberontakan di tahun 1920 yang sekaligus menjadi awal dimulainya Perang Kemerdekaan Turki.

Hasilnya, pada tahun 1922 pasukan Yunani di Anatolia barat berhasil dikalahkan & negara-negara Sekutu terpaksa menuruti permintaan kubu nasionalis Turki untuk melakukan perundingan ulang. Berdasarkan kesepakatan baru di Lausanne, Swiss, seluruh wilayah Anatolia & Konstantinopel menjadi wilayah berdaulat negara Republik Turki bentukan kelompok nasionalis setempat.

Peta Turki & Yunani (Greece).

Masalah wilayah sudah terselesaikan, timbul masalah baru mengenai nasib orang-orang Yunani di Turki & orang-orang Turki di Yunani. Sebagai akibat dari panasnya hubungan antara etnis Yunani & Turki yang semakin diperparah oleh Perang Kemerdekaan Turki, komunitas etnis yang kebetulan sedang bermukim di negara tetangganya pun rentan menjadi sasaran diskriminasi & penyerangan bermotif rasial.

Di wilayah Turki, etnis Yunani populasinya terkonsentrasi di Konstantinopel & pesisir Anatolia barat. Sementara di wilayah Yunani, etnis Turki populasinya terkonsentrasi di Thracia. Maka, dengan difasilitasi oleh Liga Bangsa-Bangsa (LBB) - organisasi internasional yang perannya serupa dengan PBB di masa kini - pemerintah masing-masing negara pun sepakat untuk melakukan transfer populasi & pertukaran penduduk.

Kebijakan transfer populasi tersebut juga turut menimpa atlet-atlet Yunani di Konstantinopel yang terpaksa bermigrasi ke Athena. Sebagai upaya untuk melanjutkan kehidupan mereka di tanah yang baru, para atlet tersebut sepakat untuk mendirikan klub olah raga baru pada tanggal 13 April 1924. Klub tersebut tidak lain adalah AEK & rapat pendiriannya dilakukan di toko olah raga milik Konstantinos Dimopoulos & Iona bersaudara yang berlokasi di pusat kota Athena.

Karena AEK menjadikan Athena sebagai markas klubnya & ada klub Siprus yang juga menggunakan nama AEK, klub tersebut pun dalam perkembangannya kerap juga dikenal dengan nama "AEK Athena" (AEK Athens; AEK Athinai). AEK merupakan klub olah raga multicabang, namun artikel ini akan fokus membahas cabang sepak bola dari klub terkait.


Bendera Dinasti Palaiologos Romawi Timur, sumber inspirasi logo AEK. (crwflags.com)


KLUB BYZANTIUM MINI

Karena didirikan oleh orang-orang Yunani yang mengungsi dari Konstantinopel, AEK pun banyak menyisipkan unsur-unsur bertema Byzantium & Konstantinopel dalam atribut klubnya. Disisipkannya unsur-unsur bertema Byzantium tidak lepas dari fakta kalau sebelum menjadi milik Ottoman, Konstantinopel awalnya merupakan ibukota Kekaisaran Byzantium yang runtuh di abad ke-15.

Sebagai contoh, AEK merupakan singkatan dari Athlitiki Enosis Konstantinoupoleos (Serikat Atletik Konstantinopel). Lambang elang hitam berkepala 2 di atas latar belakang kuning digunakan karena itu adalah lambang Dinasti Palaiologos, keluarga bangsawan Yunani yang berhasil mengusir pasukan Crusader Katolik keluar Konstantinopel & merintis kembali pendirian Byzantium yang sempat menghilang seusai Perang Salib IV.

Atas bantuan dari Ioannis Chrisafis yang saat itu menjabat sebagai penasihat lembaga yang menangani masalah akomodasi pengungsi Yunani, AEK berhasil memperoleh izin untuk menggunakan lahan kosong di Nea Filadelfeia, Athena, sebagai lapangan latihannya. Namun baru di tahun 1930, AEK menjadikan Nea Filadelfeia sebagai stadion kandang resminya.

Pertandingan pertama yang dilakukan oleh AEK di kandang barunya tersebut mempertemukan AEK dengan Olympiakos Piraeus di tahun yang sama, di mana pertandingan tersebut berakhir dengan skor 2-2. Empat tahun kemudian, berkat lobi yang dilakukan presiden AEK kepada Menteri Kesejahteraan Yunani, AEK berhasil memperoleh bantuan dana untuk menambahkan fasilitas-fasilitas modern seperti pagar & ruang ganti di stadionnya.

Pemain AEK (kiri, baju belang) di partai final Piala Yunani 1931. (aek365.com)

Tidak butuh waktu yang terlalu lama bagi AEK untuk segera mengukuhkan dirinya sebagai raksasa baru di ranah sepak bola Yunani. Tahun 1931, AEK berhasil memperoleh trofi pertamanya setelah AEK berhasil mengalahkan Aris Thessaloniki di final Piala Yunani dengan skor meyakinkan 5-3. Delapan tahun kemudian, giliran trofi Liga Yunani yang berhasil direbut oleh AEK.

Kegemilangan AEK semakin sempurna karena selain trofi Liga Yunani, mereka juga berhasil merengkuh trofi Piala Yunani sekaligus memastikan AEK meraih gelar ganda di musim tersebut. Namun, invasi pasukan Blok Poros ke wilayah Yunani semasa Perang Dunia II membuat kompetisi sepak bola Yunani sempat lumpuh selama beberapa tahun.

Akhir dekade 80-an hingga dekade 90-an kerap dianggap sebagai periode keemasan AEK. Berawal dari ditunjuknya mantan pemain AEK yang bernama Dusan Bajevic untuk menjadi pelatih baru di tahun 1988, periode begelimang gelar untuk AEK siap dimulai.

Sebagai gambaran singkat, antara tahun 1989 - 1999, AEK berhasil memenangkan 4 gelar Liga Yunani, 2 gelar Piala Yunani, & 2 gelar Piala Super Yunani (turnamen yang mempertemukan pemenang Liga Yunani dengan Piala Yunani). Di luar ranah kompetisi, sejak awal dekade 90-an pulalah stadion AEK yang awalnya bernama Nea Filadelfeia diubah namanya menjadi Stadion Nikos Goumas. Nama tersebut diambil dari nama mantan presiden AEK.

Stadion Nikos Goumas. (aekfc.gr)

Tanggal 7 April 1999, AEK melakukan pertandingan persahabatan dengan klub Partizan yang bermarkas di Beograd, Yugoslavia (sekarang menjadi ibukota Serbia). Pertandingan ini membawa kesan tersendiri karena wilayah Yugoslavia sedang dibombardir NATO akibat masalah sengketa Kosovo.

Tindakan AEK yang berani melawan arus lantas tak pelak mengundang rasa simpati dari penduduk Beograd. Puncaknya adalah ketika di menit ke-68, pertandingan tidak dilanjutkan karena penonton membanjiri lapangan untuk bersalaman & berpelukan 1 sama lain. Seusai pertandingan, para pemain AEK langsung bergegas pulang ke Yunani di hari yang sama supaya terhindar dari serangan udara NATO di malam hari.



BERPINDAH-PINDAH STADION

Sesudah dekade keemasannya, AEK mulai memasuki periode kelam akibat terjerat krisis finansial. Kendati demikian, AEK masih sanggup menorehkan pencapaian menarik pada periode ini. Di fase grup pertama Liga Champions 2002-03, AEK harus berada 1 grup dengan tim-tim kuat seperti Real Madrid (Spanyol), Roma (Italia), & Genk (Belgia).

Enam kali bertanding kandang & tandang, AEK berhasil meraih hasil seri di semua pertandingannya, sekaligus menjadi satu-satunya tim yang pernah melakukannya hingga sekarang. AEK tersingkir dari Liga Champions, namun masih bisa melanjutkan sepak terjangnya di Eropa dalam kompetisi Piala UEFA. AEK sekali lagi harus terhenti di tengah jalan setelah mereka dikalahkan klub Spanyol, Malaga, di babak perdelapan final.

Di Liga Champions 2002-03, AEK tidak pernah kalah saat melawan Real Madrid.

Musim 2002-03 sekaligus menjadi musim terakhir AEK di Nikos Goumas karena pada bulan Juni 2003, stadion tersebut dihancurkan karena dianggap sudah terlalu tua. AEK awalnya berencana menjadikan Stadion Olimpiade Athena sebagai stadion kandang barunya. Namun karena stadion tersebut harus direnovasi untuk menyongsong turnamen Olimpiade 2004, AEK pun terpaksa menjadi nomaden untuk sementara waktu.

Di kompetisi Eropa, mereka menggunakan Stadion Leoforos / Apostolos Nikolaidis sebagai markasnya. Sementara di kompetisi domestik, AEK menggunakan 5 stadion berbeda. Baru sesudah digelarnya Olimpiade, AEK bisa menggunakan Stadion Olimpiade Athena sebagai markas barunya. Tidak seperti Nikos Goumas yang kepemilikannya berada di tangan AEK sepenuhnya, Stadion Olimpiade adalah stadion milik negara & AEK berstatus sebagai penyewa stadion ini.

Tahun 2013 & sesudahnya adalah periode terkelam dalam sejarah AEK. Parahnya krisis finansial yang menimpa AEK membuat AEK harus melepas sejumlah pemain pilarnya. Hal tersebut turut berimbas pada performa tim di mana puncaknya adalah AEK harus terdegradasi pada bulan April 2013.

Untuk menghilangkan beban hutang yang sudah menjerat AEK selama bertahun-tahun, AEK pun dibubarkan di tahun yang sama sehingga AEK kini berstatus sebagai tim amatir & harus mengikuti kompetisi dari kasta ke-3 di musim berikutnya. Bagaikan burung phoenix yang bangkit dari arang, AEK tidak butuh waktu lama untuk bangkit & berhasil kembali ke divisi teratas Liga Yunani pada tahun 2015.

Pemain-pemain AEK saat merayakan gol ke gawang Olympiakos pada bulan Februari 2016. (ekathimerini.com)

Sebagai cara agar AEK bisa memiliki stadion sendiri sambil menegaskan statusnya sebagai klub bentukan orang-orang Konstantinopel, AEK berencana membangun stadion baru di bekas lokasi Stadion Nikos Goumas. Stadion baru tersebut rencananya akan diberi nama "Hagia Sophia".

Nama tersebut diambil dari nama Gereja Kristen Ortodoks di Istanbul yang sempat menjadi masjid di era Ottoman & kemudian dialihfungsikan menjadi museum pasca runtuhnya Ottoman. Pembangunan Stadion Haghia Sophia diperkirakan akan menelan biaya 65 juta Euro di mana pemerintah daerah Attica menyatakan kesediaannya untuk menanggung 1/3 biaya pembangunan stadion.  -  © Rep. Eusosialis Tawon



REFERENSI

AEK F.C. Official Web Site. "History".
(www.aekfc.gr/hp/i-istoria-mas-42825.htm?lang=en&path=-234507649&tab=0&place=0)

GlobalSecurity.org. "Megali Katastrofi / Great Catastrophe".
(www.globalsecurity.org/military/world/war/greco-turkish-megali-katastrofi.htm)

I. Sache, dkk.. "Byzantine Empire".
(www.crwflags.com/fotw/flags/gr_byz.html)

UEFA. "UEFA Champions League 2002/03".
(www.uefa.com/uefachampionsleague/season=2002/matches/round=1636/index.html)

UEFA. "UEFA Europa League 2002/03".
(www.uefa.com/uefaeuropaleague/season=2002/matches/round=1629/index.html)

Wikipedia. "Hagia Sophia Stadium".
(en.wikipedia.org/wiki/Hagia_Sophia_Stadium)

Yapp, E. M.. 2008. "Turkey". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.
  





COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.