Naxalite, Gerilyawan Komunis dari India



Milisi Naxalite. (topyaps.com)

Naxalite adalah nama dari gerakan berhaluan kiri yang sudah aktif di India sejak dekade 1960-an. Gerakan ini memiliki cita-cita menggulingkan pemerintahan India melalui jalur militer & mengakhiri kesenjangan sosial di negara tersebut.

Ada beberapa kelompok ekstrimis yang tergolong sebagai Naxalite, di mana kelompok-kelompok tersebut semuanya terinspirasi oleh ideologi kiri / komunisme. Selain dengan nama Naxalite, penganut gerakan ini juga dikenal dengan sebutan "Naxal". Sementara paham yang mereka usung dikenal sebagai "Naxalisme".

Nama "Naxalite" diambil dari Naxalbari, sebuah desa di India timur yang menjadi awal mula kemunculan gerakan ini. Seiring berjalannya waktu, gerakan ini kemudian menyebar ke wilayah lain di India timur & utara.

Wilayah-wilayah yang menjadi lokasi pemberontakan Naxalite lantas dikenal sebagai "koridor merah" (red corridor). Secara garis besar, fase pemberontakan Naxalite bisa dibagi ke dalam 3 periode / fase berbeda : periode pertama (1967 - 1973), periode kedua (1977 - 1994), & periode ketiga (1994 - sekarang).



LATAR BELAKANG

India merupakan salah satu negara terpadat di dunia dengan komposisi penduduk yang amat beragam. Banyaknya penduduk yang menghuni India lantas menjadikan konflik perebutan lahan menjadi hal yang cukup sering terjadi.

Fenomena tersebut lantas menjadi bahan bakar bagi tumbuhnya paham komunisme, karena komunisme menjanjikan kemerataan & kesejahteraan bersama bagi pengikutnya. Di India sendiri, sejak tahun 1925 sudah ada organisasi komunis yang berdiri dengan nama "Communist Party of India" (CPI; Partai Komunis India).

Salah satu anggota CPI yang diketahui cukup aktif adalah Charu Majumdar. Selama berkecimpung di organisasi tersebut, ia menerbitkan sejumlah tulisan yang kelak dikompilasi & dikenal dengan nama "Delapan Dokumen Bersejarah".

Dalam dokumen tersebut, Majumdar yang terinspirasi dari ideologi komunisme Cina (Maoisme) menganjurkan agar pemerintahan India yang tengah berkuasa segera digulingkan melalui pemberontakan rakyat. Majumdar juga menuding kalau CPI sudah menyeleweng dari prinsip komunisme yang sebenarnya.

Tulisan yang dibuat oleh Majumdar tersebut lantas mendorong kaum petani di India timur untuk melakukan pemberontakan. Sejak bulan Maret 1967, para petani di negara bagian Bengali Barat mengambil paksa lahan-lahan milik tuan tanah setempat. Mereka juga mendirikan badan-badan komite petani untuk mengkoordinasikan aksi-aksi mereka.

Ketika konflik antara petani dengan tuan tanah kian memanas, polisi pun mulai terlibat dalam konflik tersebut. Mereka melakukan razia ke tempat-tempat yang diduga digunakan oleh para komite petani untuk menggelar rapat.

Tanggal 23 Mei 1967, polisi & komite petani setempat terlibat bentrokan yang berujung pada tewasnya 1 anggota polisi. Peristiwa ini lantas mendorong polisi untuk mengambil tindakan yang lebih keras kepada para petani.

Peta lokasi Naxalbari di India. (thehindu.com)

Hanya berselang dua hari pasca peristiwa tadi contohnya, polisi melakukan penyerbuan ke sebuah rapat akbar yang digelar komite petani di desa Naxalbari. Akibat penyerbuan tersebut, sebanyak 9 orang wanita & 2 anak-anak dilaporkan kehilangan nyawanya, sehingga gelombang perlawanan yang ditunjukkan oleh kaum petani justru malah kian menghebat.

Di badan pemerintahan daerah Bengali Barat sendiri, terdapat partai sempalan CPI yang bernama CPI Marxist. Sejumlah anggota CPI Marxist diketahui turut terlibat dalam perlawanan kaum petani. Namun alih-alih mendukung perjuangan mereka, petinggi CPI Marxist yang tergabung dalam pemerintahan lebih memilh untuk berpihak pada aparat. Merasa kecewa dengan sikap partainya, para anggota CPI-Marxist lantas beramai-ramai meninggalkan partainya & memulai pemberontakan bersenjata.



AKTIVITAS NAXALITE

Berawal dari Timur

Selain Bengali Barat, negara bagian Uttar Pradesh yang terletak di India utara turut menjadi arena pemberontakan Naxalite. Pada awalnya keanggotaan Naxalite hanya diisi oleh kaum petani. Namun seiring berjalannya waktu, golongan mahasiswa dari Kalkutta & pelosok timur India mulai ikut bergabung. Tahun 1969, dengan dipimpin oleh Charu Majumdar, kelompok-kelompok Naxalite yang awalnya beroperasi secara terpisah-pisah melebur ke dalam kelompok baru yang bernama CPI Marxist-Leninist.

Sejak terbentuknya CPI Marxist-Leninist, sepak terjang Naxalite menjadi lebih terpusat & terkoordinasi. Di kawasan pelosok, mereka menjalankan taktik gerilya kepada aparat & aksi main hakim sendiri kepada golongan yang mereka sebut sebagai "kelas penindas" (misalnya pemilik lahan luas & kepala desa yang bekerja sama dengan aparat). Sementara di kawasan perkotaan, mereka menyerang patroli polisi & gudang amunisi untuk merampas stok persenjataan di dalamnya.

Bendera Naxalite. (offiziere.ch)

Perubahan taktik yang diambil oleh Naxalite lantas berdampak pada meroketnya aksi-aksi penyerangan yang mereka lakukan. Pada tahun 1971, tercatat ada lebih dari 850 korban tewas & 3.650 aksi penyerangan.

Menanggapi hal tersebut, sejak tahun yang sama pemerintah negara bagian Bengali Timur mulai menerjunkan tentara untuk ikut membantu polisi dalam meredam pemberontakan Naxalite. Operasi untuk menangkap & membunuh tokoh-tokoh kunci Naxalite juga kian digalakkan. Tahun 1972 contohnya, Majumdar berhasil ditangkap sebelum kemudian tewas dalam tahanan beberapa minggu kemudian.

Berkat rangkaian operasi gabungan yang dilakukan oleh militer & polisi, aktivitas Naxalite mengalami penurunan tajam pada pertengahan dekade 1970-an. Namun Naxalite sendiri masih belum sepenuhnya musnah karena gerakan ini sekarang terpecah ke dalam lebih dari 40 kelompok-kelompok kecil yang beroperasi secara terpisah.

Karena pemerintah India terlalu terfokus pada aspek militer & kurang memperhatikan aspek kesejahteraan rakyat yang notabene merupakan penyebab munculnya Naxalite, gerakan ini secara perlahan mulai tumbuh kembali dengan memanfaatkan isu-isu sosial seperti tidak teraturnya pembayaran upah buruh tani. Pada periode yang sama, gerakan Naxalite juga mulai menyebar ke daerah lain di India timur.

Aktivitas Naxalite pada akhir dekade 1970-an pada umumnya berupa aksi penculikan tuan tanah & mengambil paksa uang milik korbannya. Saat Naxalite sudah berhasil memantapkan kedudukannya di kawasan pelosok hutan & pegunungan, kelompok ini sejak permulaan dekade 1980-an mulai berani menyerang langsung aparat keamanan. Pemerintah negara bagian di Andhra Pradesh lantas menanggapinya dengan membentuk unit militer khusus bernama "Greyhound" untuk membantu memulihkan keamanan di wilayah-wilayah dengan tingkat konflik terparah.

Memasuki awal dekade 1990-an, sejumlah negara bagian India mengeluarkan peraturan baru yang membolehkan polisi untuk menangkap & menggunakan aksi kekerasan berlebihan kepada mereka yang diduga terlibat dalam gerakan Naxalite. Organisasi-organisasi kepemudaan juga dibentuk untuk memikat kaum muda setempat & mencegah mereka bergabung dengan Naxalite. Hasilnya, sebanyak hampir 9 ribu anggota Naxalite menyerahkan diri & aksi kekerasan bersenjata yang dilakukan oleh Naxalite sudah nyaris tidak terdengar lagi hingga akhir dekade 1990-an.

Peta daerah operasi Naxalite di India pada tahun 2010 (warna merah). (riazhaq.com)

Masalah kesenjangan sosial di India sendiri sayangnya masih tetap belum teratasi. Bahkan cenderung semakin parah karena gelombang modernisasi & pertumbuhan ekonomi menyebabkan warga dari golongan ekonomi lemah dipaksa meninggalkan lahan yang mereka tinggali supaya bisa dialihfungsikan untuk keperluan penambangan & pembangunan kompleks industri.

Dampaknya, sisa-sisa anggota Naxalite kembali menemukan bahan bakar yang mereka perlukan untuk membangkitkan kembali gerakan ini. Maka, pada akhir dekade 1990-an, sejumlah kelompok Naxalite melebur untuk membentuk kelompok baru yang bernama "People's War Group" (PWG; Kelompok Perang Rakyat).


Patah Tumbuh, Hilang Berganti

Seperti pemberontakan Naxalite yang sudah-sudah, pemerintah negara bagian India kembali mengandalkan aparat untuk menumpas pemberontakan. Mereka juga membentuk kelompok-kelompok milisi anti-Naxalite semisal Green Tigers.

Namun metode tangan besi yang digunakan oleh aparat kini mulai menjadi bumerang. Pasalnya tidak jarang orang-orang yang menjadi sasaran penyiksaan & pembunuhan tanpa proses peradilan ternyata sama sekali tidak terlibat dalam gerakan Naxalite. Akibatnya, semakin banyak warga sipil yang bersikap antipati kepada polisi & bahkan banting setir menjadi anggota baru Naxalite.

Selain masalah salah sasaran, aparat negara bagian India juga dikritik oleh kelompok-kelompok pejuang HAM karena mereka dianggap memanipulasi kenyataan di lapangan. Mereka menuding kalau dari sekian banyak korban tewas di pihak Naxalite, sebagian dari korban tersebut sebenarnya tewas akibat disiksa, bukan karena dibunuh dalam aksi baku tembak seperti yang diklaim oleh pihak berwajib. Mereka juga mengklaim kalau polisi sengaja membakar mayat terduga anggota Naxalite tanpa seizin keluarganya untuk menyembunyikan jejak.

Ada beberapa kelompok Naxalite yang aktif di India utara & timur, di mana 2 yang terbesar adalah PWG & MCC (Maoist Communist Center; Pusat Komunis Maois). Di tahun 2004, kedua kelompok tersebut sepakat untuk bergabung membentuk kelompok baru yang bernama CPI Maoist.

Sejak periode inilah, perlawanan yang dilakukan oleh Naxalite kian menghebat. Di tahun 2005 contohnya, pasukan Naxalite menyerbu kompleks penjara di Bihar & membebaskan lebih dari 300 tahanan yang ada di dalamnya. Fasilitas umum semisal stasiun & jalur rel kereta api juga tidak luput menjadi sasaran sabotase anggota Naxalite.

Kereta di Jharkhand yang mengalami kecelakaan akibat sabotase rel oleh Naxalite. (ndtv.com)

Untuk mendapatkan sumber dana yang mereka butuhkan, para anggota Naxalite mengkesploitasi barang-barang tambang semisal batu bara di wilayah yang mereka kuasai. Mereka juga meminta uang secara paksa kepada perusahaan-perusahaan yang berada dalam daerah operasinya.

Menurut taksiran pemerintah India, antara tahun 2004 hingga 2011 para anggota Naxalite berhasil mendapatkan dana senilai 245 milyar rupiah dari hasil memalak lembaga pemerintah & para pebisnis setempat. Dengan modal pendapatan tersebut, Naxalite kemudian menyelundupkan masuk persenjataan dari negara-negara tetangga India seperti Bangladesh & Myanmar.

Tahun 2009 & 2010 menjadi tahun paling berdarah dalam perjuangan Naxalite di abad ke-21. Di tahun 2009, jumlah kasus penyerangan yang dilakukan oleh Naxalite tercatat mencapai 2.258 kasus. Di tahun berikutnya, jumlah kasus penyerangan yang tercatat sedikit menurun ke angka 2.212 kasus. Namun jumlah korban tewas meningkat menjadi 1.138 jiwa, alias naik lebih dari 200 jiwa jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Karena sepak terjang Naxalite dianggap sudah semakin tidak terkendali, pemerintah pusat India pada tahun 2010 akhirnya mengumumkan operasi keamanan khusus dengan nama "Operation Greent Hunt" (Operasi Perburuan Hijau). Sebanyak 20.000 anggota paramiliter diterjunkan ke daerah konflik untuk membantu polisi & tentara yang sudah lebih dulu berada di sana.

Awalnya pasukan India kewalahan karena markas pasukan Naxalite tersembunyi di kawasan pelosok hutan. Namun seiring berjalannya waktu, operasi ini mulai membuahkan hasil. Di tahun 2012, sebanyak lebih dari 1.800 anggota Naxalite dilaporkan berhasil ditangkap. Tokoh-tokoh penting Naxalite di sejumlah negara bagian juga berhasil ditangkap atau dibunuh. Jumlah kasus penyerangan yang dilakukan oleh Naxalite juga terus menurun sejak Operation Green Hunt dijalankan.

Para anggota Naxalite sendiri diketahui masih terus melakukan serangan sembunyi-sembunyi hingga sekarang. Namun jika dibandingkan dengan periode satu dekade sebelumnya, skala & intensitas aksi yang mereka lakukan sudah jauh menurun.  -  © Rep. Eusosialis Tawon



REFERENSI

Bagchi, S.. 2017. "Naxalbari, the Bengal village where 50 years of a movement is celebrated ".
(www.thehindu.com/news/national/other-states/naxalbari-the-bengal-village-where-50-years-of-a-movement-is-celebrated/article18447130.ece)

GlobalSecurity.org. "Naxalite".
(www.globalsecurity.org/military/world/war/naxalite.htm)

Hindustan Times. 2003. "History of Naxalism".
(www.hindustantimes.com/News-Feed/nm2/History-of-Naxalism/Article1-6545.aspx)

Lynch III, T. F.. 2016. "India’s Naxalite Insurgency".
(ndupress.ndu.edu/Portals/68/Documents/stratperspective/inss/Strategic-Perspectives-22.pdf)

PTI. 2009. "Naxals get arms from abroad: Chidambaram".
(www.thehindu.com/news/national/Naxals-get-arms-from-abroad-Chidambaram/article16888315.ece)
  





COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



4 komentar:

  1. ane prnh baca katanya aktor mithun jg prnh gabung ama kelompok ini ya bang

    BalasHapus
  2. Seperti halnya negara-negara di benua Asia seperti Indonesia, Malaysia, Filiphina, dll, ternyata India pun pernah juga mengalami pemberontakan Marxist-Komunis.

    BalasHapus
  3. setelah membaca tentang pemberontakan naxalite di india yang di pengaruhi oleh ajaran marxist saya khawatir jika indonesia bernasib sama jika pemerintah kita sudah tidak peduli dengan kaum buruh dan petani ..
    Karena penyebab dari pemberontakan naxalite di dasarkan adanya kesenjangan sosial yang membuat para petani menyerbu para pemilik lahan ..
    .
    Sejarah naxalite yang ada di india sebaiknya di jadikan pelajaran bagi pemerintah indonesia untuk menghindari hal semacam ini

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.