Perang Punisia Kedua, Saat Italia Diserbu Pasukan Gajah



Pasukan gajah Kartago saat berhadap dengan pasukan Romawi. (britannica.com)

Alpen / Alps adalah nama dari pegunungan yang terbentang di sebelah utara Semenanjung Italia. Di masa kini, kita mengenal Pegunungan Alpen sebagai pegunungan bersalju yang banyak dikunjungi oleh wisatawan & pecinta olah raga ski. Kalau di masa ribuan tahun yang lalu, pegunungan ini menjadi saksi bisu mengenai sengitnya Perang Punisia Kedua yang nyaris saja membuat Romawi mengalami keruntuhan lebih dini.

Perang Punisia Kedua / Perang Punik Kedua (Second Punic War) adalah konflik bersenjata antara Republik Romawi melawan negara Kartago yang berlangsung pada tahun 218 - 201 SM. Perang ini timbul lebih dari 2 dekade sesudah berakhirnya Perang Punisia Pertama. Tidak seperti Perang Punisia Pertama yang sebagian besar pertempurannya berupa pertempuran laut, Perang Punisia Kedua didominasi oleh pertempuran darat yang umumnya mengambil tempat di Eropa.

Perang Punisia Kedua juga dikenal dengan nama "Perang Hannibal" (Hannibalic War) karena dalam perang inilah, tersembul nama Hannibal Barca selaku panglima militer paling menonjol di pihak Kartago. Nama Hannibal begitu tersohor karena dalam perang ini, ia berhasil memimpin pasukannya memasuki Semenanjung Italia, lokasi dari ibukota Romawi. Dalam invasinya tersebut, Hannibal juga membawa beberapa ekor gajah kendati rute yang harus dilewati oleh pasukannya penuh dengan pegunungan & sungai.



LATAR BELAKANG

Pasca berakhirnya Perang Punisia Pertama di tahun 241 SM dengan kekalahan Kartago, pasukan Kartago tidak bisa langsung beristirahat karena mereka masih harus memadamkan pemberontakan di Afrika Utara. Pemberontakan tersebut dilakukan oleh para tentara bayaran yang belum menerima upahnya seusai Perang Kartago Pertama. Saat konsentrasi pasukan Kartago tengah tersita, Romawi terus memperluas pengaruhnya di Mediterania dengan cara menguasai Pulau Corsica yang sebelumnya berada di bawah kendali Kartago.

Saat pemberontakan tadi pada akhirnya berhasil dipadamkan, Kartago kemudian mengalihkan fokusnya ke wilayah Spanyol. Kartago merasa tertarik untuk memperluas wilayah kekuasaannya Spanyol karena wilayah tersebut kaya akan perak. Berkat tambang-tambang perak yang ada di Spanyol selatan, Kartago yang awalnya berada dalam kondisi compang camping berhasil membangun kembali militernya. Negeri Afrika Utara tersebut kini memiliki lebih dari 60.000 prajurit & 200 ekor gajah perang.

Peta Romawi & Kartago di tahun 218 SM. (Agata brr / wikipedia.org)

Romawi sendiri sadar akan menguatnya kembali kekuatan militer Kartago. Supaya tidak perlu terlibat perang dengan Kartago di kemudian hari, pada tahun 226 SM Kartago yang diwakili oleh panglima Hasdrubal the Fair setuju untuk tidak memperluas wilayahnya hingga melampaui Sungai Ebro di Spanyol. Namun kesepakatan tersebut tidak berlanjut setelah Hasdrubal the Fair tewas dibunuh pada tahun 221 SM.

Pasukan Kartago di Spanyol kemudian beramai-ramai mengangkat Hannibal sebagai pemimpin wilayah Spanyol yang baru. Tidak seperti Hasdrubal, Hannibal enggan menjaga perdamaian dengan Romawi karena menurutnya, kewajiban Kartago untuk membayar denda kepada Romawi pasca Perang Punisia Pertama adalah bentuk penghinaan kepada Kartago.

Untuk menunjukkan keseriusan sikapnya tersebut, Hannibal pun memerintahkan pasukannya untuk menyerang Saguntum - kota di Spanyol tenggara yang banyak dihuni oleh orang-orang Romawi - pada tahun 219 SM. Romawi yang merasa tidak terima dengan peristiwa tersebut kemudian meminta kepada Kartago supaya Hannibal dijatuhi hukuman. Saat Kartago menolak untuk mematuhi permintaan tersebut, Romawi pun menyatakan perang kepada Kartago pada tahun 218 SM, sekaligus menandai dimulainya Perang Kartago Kedua.



BERJALANNYA PERANG

Mendaki Gunung, Lewati Salju

Pertahanan terbaik adalah menyerang. Prinsip itulah yang dipegang oleh Hannibal dalam Perang Kartago Kedua ini. Daripada berdiam di Spanyol untuk menunggu datangnya pasukan Romawi, Hannibal memutuskan untuk melakukan serangan lebih dulu ke wilayah inti Romawi di Semenanjung Italia. Harapannya adalah begitu pasukan Kartago sudah berada di tengah-tengah wilayah Romawi, suku-suku yang mendiami wilayah Romawi akan memberontak / bergabung dengan pasukan Kartago.

Di pihak yang berseberangan, setelah menyatakan perang kepada Kartago, Romawi mengirimkan 60 kapal quinquereme miliknya untuk menginvasi wilayah Kartago di Spanyol. Romawi merasa percaya diri untuk menginvasi Kartago dari arah laut karena mereka tidak berpikir kalau Kartago bakal nekat menginvasi Romawi dari arah darat. Sebabnya adalah di sebelah utara Italia, terdapat Pegunungan Alpen & suku-suku Gaul / Galia yang terkenal gemar berperang.

Peta lokasi Pegunungan Alpen (Alps).

Sebelum menyerbu Italia, Hannibal menitipkan urusan keamanan wilayah Spanyol kepada saudaranya yang bernama Hasdrubal Barca. Selama melakukan perjalanan panjang, Hannibal mencitrakan dirinya sebagai tokoh pembebas & mengajak suku-suku dalam rute yang dilewatinya untuk ikut bergabung dengan pasukannya. Siasatnya berhasil & sebagian di antara mereka setuju untuk bergabung dengan rombongan pasukan Kartago.

Saat Hannibal akhirnya tiba di sisi barat Pegunungan Alpen, pasukannya sudah membengkak hingga berjumlah hampir 60.000 personil (sumber lain menyebut kalau jumlah pasukannya mencapai lebih dari 100.000 personil). Supaya bisa melakukan pendakian dengan lebih mudah, pasukan Kartago terpaksa meninggalkan mesin-mesin perang & sebagian perbekalannya.

Jalan yang ditempuh oleh pasukan Kartago saat melintasi Pegunungan Alpen sama sekali tidak mudah. Selain harus menyusuri medan yang naik turun & penuh dengan salju, pasukan Kartago berulang kali diserang oleh suku-suku setempat. Saat Hannibal & pasukannya mencapai jalan setapak yang terlalu sempit & licin untuk dilewati oleh gajah, pasukan Kartago menghabiskan waktu selama 3 hari untuk menghancurkan bebatuan di sekitar jalan supaya jalan tersebut menjadi lebih lebar.

Hannibal & pasukannya menghabiskan waktu hingga lebih dari 2 minggu untuk melewati Pegunungan Alpen. Hanya sekitar 26.000 prajurit Kartago yang berhasil melintasi Pegunungan Alpen dengan selamat. Sementara puluhan ribu lainnya meninggalkan rombongan di tengah jalan, atau tewas akibat kelaparan, kecelakaan, & diserang oleh penduduk asli Alpen. Meskipun begitu, Hannibal tetap merasa percaya diri karena ia masih memiliki pasukan gajah yang ukuran besarnya sudah cukup untuk memberikan efek gentar bagi pasukan musuh.


Pasukan Kartago saat melintasi Pegunungan Alpen. (realmofhistory.com)


Italia di Ambang Kehancuran

Pasukan Kartago akhirnya berpapasan dengan pasukan Romawi di dekat Sungai Ticinus / Ticino pada bulan November 218 SM. Dalam pertempuran tersebut, pasukan Kartago berhasil keluar sebagai pemenang & melanjutkan perjalanannya lebih jauh ke dalam Semenanjung Italia sambil mengalahkan setiap pasukan Romawi yang mencoba merintangi jalannya.

Setiap kali pasukan Kartago berhasil mengalahkan pasukan Romawi, pasukan Kartago akan melepaskan orang-orang non-Romawi tanpa meminta tebusan untuk menimbulkan kesan kalau pasukan Kartago datang ke Italia bukan untuk menaklukkan mereka, tapi hanya untuk memerangi Romawi. Hannibal berharap dengan melakukan hal tersebut, mereka akan bergabung dengan pasukan Kartago atau setidaknya menolak membantu Romawi.

Taktik tersebut sedikit banyak mengandung unsur keterpaksaan karena dewan pemerintahan Kartago menolak mengirimkan mesin perang & tambahan logistik kepada pasukan Hannibal di Italia. Sebagai akibatnya, walaupun ia masih memiliki ribuan tentara & beberapa ekor gajah, Hannibal tidak memiliki persenjataan yang memadai untuk menaklukkan kota-kota Romawi yang berpengamanan tinggi.

Sementara itu di Spanyol, Hasdrubal membangun banyak menara pengawas & tembok untuk mengantisipasi kedatangan pasukan Romawi. Tahun 218 SM, pasukan Romawi akhirnya mendarat di Spanyol & berhasil mengalahkan pasukan Kartago di Cissa, Spanyol tenggara. Pasukan Romawi yang dipimpin oleh Gnaeus Cornelius Scipio kemudian memanfaatkan lokasi tersebut sebagai batu loncatan untuk menerobos lebih jauh ke dalam wilayah Spanyol.

Hannibal. (Julo / wikipedia.org)

Di Semenanjung Italia, pasukan Kartago yang berjumlah kurang dari 40.000 personil berhadapan dengan pasukan Romawi yang berkekuatan 50.000 personil di Cannae, Italia selatan, pada tahun 216 SM. Di atas kertas, nampaknya kedigdayaan pasukan Kartago di Italia bakal menemui akhirnya. Namun dengan cerdik, Hannibal membiarkan pasukan Romawi untuk maju lebih dulu & menekan formasi pasukan Kartago.

Saat pasukan Kartago mundur semakin jauh & berpura-pura sedang terdesak, formasi pasukan Romawi semakin lama nampak semakin renggang. Hannibal dengan sigap kemudian memerintahkan pasukan infantrinya untuk menekan balik pasukan Romawi & menggerakkan pasukan berkudanya ke belakang formasi pasukan Romawi. Terkepung dari segala arah, pasukan Romawi kesulitan melawan balik & harus mengalami kekalahan telak.

Akibat Pertempuran Cannae, sebanyak 44.000 prajurit Romawi harus kehilangan nyawanya. Pasukan Kartago di lain pihak hanya kehilangan 6.000 prajuritnya. Pertempuran Cannae kerap dianggap sebagai titik terendah Romawi di masa Sebelum Masehi karena Romawi belum pernah kehilangan prajurit sebanyak ini dalam satu pertempuran. Pasca pertempuran ini, kepanikan melanda kota Roma sehingga gerbang kota terpaksa dikunci agar penduduknya tidak beramai-ramai melarikan diri keluar kota.


Titik Balik di Spanyol

Gagal mengalahkan pasukan Kartago dalam pertempuran frontal, pasukan Romawi lantas memilih untuk fokus menguasai perairan di sekitar Italia supaya jalur logistik pasukan Kartago dari arah laut menjadi terputus. Hasilnya, stok perbekalan pasukan Kartago semakin lama semakin menipis. Untuk mengatasi hal tersebut, pada tahun 215 SM dewan pemerintahan Kartago meminta Hasdrubal untuk pergi meninggalkan Spanyol & membantu Hannibal di Italia.

Hasdrubal yang menerima pesan tersebut kemudian menyiapkan pasukannya untuk segera pergi menuju Italia. Namun di tengah jalan, ia terlibat pertempuran melawan pasukan Romawi di Dertosa & berhasil dipukul mundur oleh pasukan Romawi.

Pasukan Kartago di Spanyol lantas melawan balik & berhasil mengalahkan pasukan Romawi dalam Pertempuran Baetis Atas (Upper Baetis) pada tahun 211 SM. Dalam pertempuran tersebut, Romawi juga harus kehilangan 2 panglima perangnya sekaligus : Gnaeus Cornelius Scipio & saudaranya yang bernama Publius Cornelius Scipio.

Peta Perang Punisia Kedua. (ancient.eu)

Pasca tewasnya Scipio bersaudara, putra Publius yang bernama Scipio Africanus lalu ditunjuk menjadi pemimpin baru pasukan Romawi di Spanyol. Dengan bermodalkan pengalamannya saat pernah berhadapan dengan pasukan Kartago di Italia, Scipio berhasil memperbaiki kualitas tempur pasukan Romawi di Spanyol. Hasilnya, pada tahun 208 SM, pasukan Romawi pimpinan Scipio berhasil mengalahkan pasukan Kartago pimpinan Hasdrubal di Baecula.

Berkat kemenangan tersebut, wilayah Spanyol beserta tambang-tambang peraknya kini berada di tangan Romawi. Hasdrubal sendiri berhasil selamat usai Pertempuran Baecula & kemudian pergi ke Italia bersama dengan sisa-sisa pasukannya untuk bergabung dengan pasukan pimpinan Hannibal di sana. Namun sebelum berhasil mencapai Hannibal, pasukan Romawi yang dipimpin oleh Gaius Claudius Nero berhasil mencegat Hasdrubal di tepi Sungai Metaurus, Italia utara, pada tahun 207 SM & menewaskannya di sana.

Sukses menaklukkan Spanyol & membunuh Hasdrubal, Romawi kini mencari cara supaya Hannibal pergi meninggalkan Italia. Maka, Romawi pun memutuskan untuk menginvasi Afrika Utara secara langsung karena ibukota Kartago terletak di sana. Saat pasukan Romawi tiba di Afrika Utara pada tahun 205 SM, mereka berhasil menduduki kota Utica & kemudian bergerak menuju kota Kartago yang berjarak tidak jauh dari Utica.


Pertempuran Terakhir di Afrika

Sesuai dengan dugaan Romawi, Hannibal diminta oleh dewan pemerintahan Kartago untuk segera pulang agar bisa menghentikan pasukan Romawi yang sedang mengepung ibukota Kartago. Pasukan Romawi di Afrika Utara dipimpin oleh Scipio, sosok yang dulu berhasil memimpin pasukan Romawi menguasai Spanyol. Supaya bisa mengalahkan Hannibal, Scipio mempelajari taktik militer yang pernah digunakan oleh Hannibal secara mendalam.

Pasukan Romawi pimpinan Scipio akhirnya berhadapan langsung dengan pasukan Kartago pimpinan Hannibal di Zama, barat daya Kartago, pada tahun 202 SM. Di awal-awal pertempuran, Scipio menata pasukan Romawi dalam posisi rapat.

Mengira kalau Scipio tidak ada bedanya dengan jenderal-jenderal Romawi yang pernah ia kalahkan, Hannibal langsung memerintahkan pasukan gajahnya untuk menyerbu formasi pasukan Romawi. Namun di luar dugaan Hannibal, pasukan Romawi langsung memecah formasinya sendiri sehingga pasukan gajah Kartago menerobos formasi pasukan Romawi tanpa mengenai 1 pun prajurit Romawi.

Skema ilustrasi Pertempuran Zama. Anak panah menunjukkan pergerakan pasukan gajah Kartago.

Pasukan Romawi yang ada di sekeliling gajah-gajah tadi langsung mengeroyok penunggang gajah Kartago & mengarahkan gajahnya untuk menerjang balik formasi pasukan Kartago. Saat pasukan Kartago sudah melemah, pasukan infantri Romawi kemudian menyerbu formasi pasukan Kartago. Pasukan berkuda Romawi juga digerakkan ke belakang formasi pasukan Kartago sehingga kini pasukan Kartago berada dalam posisi terkepung.

Digempur dari segala penjuru, pasukan Kartago tidak bisa melawan sehingga pasukan Romawi pun keluar sebagai pemenang. Sebanyak 20 hingga 40 ribu prajurit Kartago dilaporkan tewas dalam Pertempuran Zama. Hannibal sendiri berhasil lolos dari pertempuran ini dengan selamat, namun ia juga sadar kalau ia tidak memiliki cukup sumber daya untuk melanjutkan perang. Maka, Hannibal pun meminta kepada dewan pemerintahan Kartago supaya mereka melakukan perundingan damai dengan Romawi.



KONDISI PASCA PERANG

Untuk memastikan kalau Kartago tidak akan kembali menjadi ancaman di kemudian hari, Romawi memutuskan untuk memberikan hukuman yang lebih berat dalam kesepakatan damai pasca Perang Punisia Kedua. Kartago diharuskan menyerahkan semua wilayahnya kepada Romawi (kecuali wilayah cikal bakal negara Tunisia) & membayar denda sebesar 10.000 talent kepada Romawi (talent adalah unit timbangan logam mulia pada masa itu).

Isi dari perjanjian damai yang harus dipatuhi oleh Kartago belum sampai di sana. Kartago juga diharuskan menyerahkan semua gajah perangnya kepada Romawi, mengakui wilayah milik raja Masinissa (raja suku Numidia yang membantu Romawi dalam Pertempuran Zama), dilarang memiliki lebih dari 10 kapal laut, & diharuskan meminta izin kepada Romawi terlebih dahulu jika ingin berperang melawan negara lain.

Kekalahan dalam Perang Punisia Kedua tidak membuat sentimen kebencian Hannibal terhadap Romawi berkurang. Setelah melakukan sejumlah reformasi di bidang pemerintahan untuk memperbaiki perekonomian Punisia, Hannibal kemudian pergi ke timur Mediterania untuk membantu kerajaan-kerajaan yang sedang terlibat perang melawan Romawi & sekutu-sekutunya. Hannibal akhirnya menemui ajalnya pada tahun 183 SM setelah ia meminum racun sebelum pasukan Romawi berhasil menangkapnya.

Di pihak Romawi, Perang Punisia Kedua memberikan pelajaran berharga bagi militer Romawi kalau pertempuran tidak semata-mata bisa dimenangkan hanya dengan faktor keunggulan jumlah prajurit semata. Perang ini juga membantu meroketkan status Romawi sebagai negara paling dominan di Laut Mediterania. Perang Punisia Kedua sendiri bukanlah akhir dari konflik antara Romawi & Kartago karena berpuluh-puluh tahun kemudian, Romawi & Kartago nantinya bakal kembali terlibat bentrokan satu sama lain.  -  © Rep. Eusosialis Tawon



DAFTAR PERANG PUNISIA

Perang Punisia I
-  Perang Punisia II (artikel ini)
Perang Punisia III



RINGKASAN PERANG

Waktu & Lokasi Pertempuran
-  Waktu : 218-201 SM
-  Lokasi : Spanyol, Italia, Afrika Utara

Pihak yang Bertempur
(Negara)  -  Romawi
       melawan
(Negara)  -  Kartago

Hasil Akhir
-  Kemenangan pihak Romawi
-  Wilayah Romawi bertambah luas
-  Wilayah Kartago menjadi lebih kecil

Korban Jiwa
Sekitar 770.000 jiwa



REFERENSI

Ball, P.. 2016. "The truth about Hannibal’s route across the Alps".
(www.theguardian.com/science/2016/apr/03/where-muck-hannibals-elephants-alps-italy-bill-mahaney-york-university-toronto)

Cartwright, M.. 2016. "Saguntum".
(www.worldhistory.org/Saguntum/)

Cartwright, M.. 2016. "Second Punic War".
(www.worldhistory.org/Second_Punic_War/)

Culican, W.. 2008. "Hannibal". Encyclopedia Britannica, Chicago, AS.

GlobalSecurity.org. "Punic Wars".
(www.globalsecurity.org/military/world/war/punic-wars.htm)

Mark, J.J.. 2018. "Battle of the Metaurus".
(www.worldhistory.org/Battle_of_the_Metaurus/)

Mark, J.J.. 2018. "Hannibal".
(www.worldhistory.org/hannibal/)

Mark, J.J.. 2020. "The Battle of Zama - The Beginning of Roman Conquest".
(www.worldhistory.org/article/292/the-battle-of-zama---the-beginning-of-roman-conque/)

Scullard, H.H.S.. 2008. "Scipio Africanus the Elder". Encyclopedia Britannica, Chicago, AS.

White, M.. 2011. "Body Count of the Roman Empire".
(necrometrics.com/romestat.htm)
  





COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



2 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.