CARI

Krisis Libya-Swiss, Saat Libya Nyaris Diserbu Pasukan Swiss



Massa di kota Tripoli, Libya, saat menggelar aksi protes di depan Kedutaan Besar Swiss. (belfasttelegraph.co.uk)

Swiss adalah negara yang terletak di tengah-tengah Benua Eropa. Dalam ranah politik internasional, Swiss terkenal sebagai negara yang mengusung haluan politik netral. Namun hal tersebut tidak lantas membuat Swiss bebas dari gejolak internasional sama sekali. Beberapa tahun silam, negara pegunungan ini pernah terlibat krisis diplomatik dengan Libya, sebuah negara di Afrika Utara.

Krisis diplomatik antara Libya & Swiss berlangsung dari tahun 2008 hingga 2010. Krisis ini bermula ketika Hannibal Qaddafi - putra bungsu Muammar Qaddafi, pemimpin Libya - ditahan oleh polisi Swiss selama 2 hari setelah terlibat insiden di hotel tempatnya menginap. Pemerintah Libya lantas membalasnya dengan menahan 2 warga negara Swiss yang sedang ada di negaranya.

Pemerintah Swiss pada awalnya melakukan pembicaraan dengan pemerintah Libya supaya bersedia membebaskan mereka berdua. Namun saat pemerintah Libya tetap bergeming, pemerintah Swiss nyaris saja mengirim pasukan khususnya ke Libya untuk membebaskan 2 warga negaranya secara paksa. Saat krisis diplomatik ini tengah panas-panasnya berlangsung, pemimpin Libya juga sempat menyatakan kalau negara Swiss sebaiknya dilenyapkan.



AWAL MULA

Pada bulan Juli 2008, Hannibal Qaddafi menginap di Hotel President Wilson di Jenewa, Swiss. Ia menginap di hotel tersebut bersama dengan istrinya yang tengah hamil, Aline Skaf. Namun keinginan Hannibal & istrinya untuk bersantai tanpa gangguan harus sirna setelah mereka kedapatan memukuli 2 orang pelayan di hotel tersebut.

Akibat tindakannya tersebut, Hannibal & istrinya pun ditangkap oleh polisi Swiss atas tuduhan melakukan kekerasan fisik. Keduanya baru dibebaskan 2 hari kemudian setelah membayar uang jaminan sebesar 500.000 franc Swiss. Namun meskipun Hannibal & istrinya sudah bebas, masalah tidak lantas selesai karena Muammar ternyata tidak bisa menerima perlakuan yang diterima oleh anaknya.

Hannibal Qaddafi & Aline Skaf. (news18.com)

Untuk menunjukkan kemarahannya, Muammar menutup bangunan-bangunan milik perusahaan Swiss yang beroperasi di wilayah Libya seperti Nestle & ABB. Ia juga mengancam akan menghentikan ekspor minyak Libya ke Swiss. Jika itu semua belum cukup, Muammar juga menutup sebagian besar jalur penerbangan Libya-Swiss & menarik simpanan uangnya di bank Swiss yang berjumlah 5 milyar dollar AS.

Masalah hanya semakin runyam karena tidak semua warga negara Swiss di Libya diperbolehkan kembali ke negaranya. Sebanyak 2 orang pebisnis asal Swiss yang bernama Max Goldi & Rachid Hamdani ditangkap oleh aparat Libya atas tuduhan penyalahgunaan visa. Pada awalnya mereka ditahan di penjara Libya, namun keduanya sesudah itu diperbolehkan tinggal di Kedutaan Besar Swiss di kota Tripoli selama tidak mencoba melarikan diri keluar Libya.

Bulan Mei 2009, Menteri Luar Negeri Swiss Micheline Calmy-Rey pergi ke Libya dengan maksud membujuk pemerintah Libya supaya bersedia membebaskan Goldi & Hamdani. Namun upayanya tersebut berakhir dengan kegagalan. Seolah ingin menyirami api dengan bensin, Muammar kemudian merilis pernyataan kontroversial yang membuat kuping rakyat Swiss semakin panas.

Dalam sidang internasional G8 yang digelar di Italia pada bulan Juli 2009, Muammar mengusulkan supaya negara Swiss dibubarkan & bekas wilayahnya diserahkan ke negara-negara tetangga Swiss sesuai dengan komposisi bahasa mayoritas di masing-masing wilayah. Menurut usulannya, Swiss utara sebaiknya bergabung dengan Jerman, Swiss barat sebaiknya melebur dengan Perancis, sementara Swiss selatan sebaiknya menyatu dengan Italia.


Pada tahun 2009, Qaddafi mengusulkan supaya negara Swiss diserap oleh negara-negara tetangganya. (Spesh531 / wikipedia.org)


BERLANJUTNYA PEMBICARAAN LINTAS BENUA

Lepas dari pernyataan kontroversial tersebut, pemerintah Swiss masih belum menyerah & masih mengupayakan jalur dialog supaya bisa memulangkan kembali 2 warga negaranya yang masih terjebak di Libya.

Pada bulan Agustus 2009, Hans-Rudolf Merz selaku presiden Swiss bertolak ke Libya untuk meminta maaf secara langsung perihal peristiwa penahanan Hannibal yang terjadi setahun silam. Merz juga meminta supaya Libya bersedia membebaskan 2 warga negara Swiss yang masih ditahan di negara tersebut.

Pemerintah Libya nampaknya merasa tergerak akan keseriusan sikap Merz. Maka, dalam pertemuan yang sama, pemerintah Libya berjanji akan memulangkan Goldi & Hamdani selambat-lambatnya pada bulan September 2009.

Namun saat bulan September sudah tiba, pemerintah Libya ternyata masih belum memulangkan keduanya. Hujan kritikan pun langsung menghampiri Presiden Merz, terutama karena ia melakukan pertemuan dengan pemerintah Libya tanpa berunding dengan parlemen Swiss terlebih dahulu.

Kabar buruk bagi rakyat Swiss di bulan September ternyata masih belum berhenti sampai di sana. Pada bulan yang sama, Goldi & Hamdani dikabarkan menghilang dari Kedubes Swiss setelah pergi untuk menjalani pemeriksaan kesehatan di kota Tripoli. Merasa kalau pemerintah Libya tidak lagi memiliki niat baik untuk menyelesaikan masalah ini lewat jalur dialog, pada bulan Oktober pemerintah Swiss mengeluarkan larangan visa untuk warga negara Libya.

Bulan November, Goldi & Hamdani akhirnya bisa kembali lagi ke Kedubes Swiss. Namun di bulan yang sama, pengadilan Libya malah mengeluarkan putusan kalau keduanya bersalah atas tuduhan menyalahgunakan visa & berbisnis di Libya tanpa izin. Keduanya divonis hukuman penjara 16 bulan & diminta meninggalkan gedung Kedubes Swiss, namun keduanya urung menjalani hukuman setelah mengajukan banding.


Max Goldi, 1 dari 2 warga negara Swiss yang tidak diperbolehkan meninggalkan Libya. (Keystone / swissinfo.ch)


SAAT PASUKAN SWISS NYARIS TERLIBAT

Sementara itu di Swiss, pemerintah Swiss kini mulai menggodok rencana untuk menyelamatkan Goldi & Hamdani lewat jalur militer. Selain menyiapkan pasukan khusus negaranya, pemerintah Swiss juga mempertimbangkan opsi menyewa tentara bayaran asal Inggris.

Ada beberapa rencana yang disusun oleh militer Swiss untuk misi penyelamatan ini. Dalam rencana pertama, keduanya bakal dibawa ke luar Libya dengan cara diselundupkan ke dalam pesawat milik duta besar Swiss. Dalam rencana kedua, Goldi & Hamdani bakal dibawa ke luar Libya melalui perbatasan Aljazair di sebelah barat Libya.

Rencana kedua pada akhinya batal dilaksanakan karena pemerintah Swiss menolak menuruti keinginan pemerintah Aljazair. Pemerintah Aljazair hanya mau bekerja sama dengan Swiss jika Swiss bersedia menyerahkan warga negara Aljazair yang sedang tinggal di Swiss & tengah dicari-cari oleh pemerintah Aljazair.

Dalam rencana ketiga, Goldi & Hamdani akan dibawa ke pantai utara Libya. Saat sudah tiba di sana, keduanya akan pergi meninggalkan Libya dengan menaiki kapal selam. Dalam rencana terakhir, Goldi & Hamdani akan dibawa ke perbatasan Niger yang terletak di sebelah selatan Libya.

Peta Libya & negara-negara tetangganya.

Sejumlah penduduk lokal Tuareg juga sudah disiapkan untuk memandu mereka melintasi kawasan gurun. Namun rencana terakhir ini pada akhirnya juga batal dilaksanakan setelah pemerintah Libya menerima bocoran dari Aljazair.

Kegagalan menjalankan rencana penyelamatan tadi di lain pihak justru malah disyukuri oleh anggota parlemen Swiss, Jakob Buechler. Pasalnya sebagai negara yang tidak pernah terlibat perang sejak abad ke-20, militer Swiss dianggap tidak cukup terampil untuk menjalankan misi-misi berbahaya di luar negeri. Kalaupun misi ini pada akhirnya berhasil dijalankan, pemerintah Libya ditakutkan akan melakukan tindakan balasan yang jauh lebih berbahaya.



DIKEPUNGNYA KEDUTAAN BESAR SWISS

Sementara itu di Libya, Pengadilan Tinggi Libya pada bulan Februari menyatakan kalau Hamdani tidak bersalah & boleh meninggalkan Libya. Namun tidak demikian halnya dengan Goldi yang diharuskan menjalani hukuman penjara 4 bulan. Saat pihak Kedubes Swiss menolak menyerahkan Goldi, aparat Libya kemudian melakukan pengepungan di sekitar gedung kedubes & mengancam akan menerobos masuk ke dalam.

Berdasarkan hukum internasional yang berlaku, aparat Libya tidak bisa masuk ke dalam gedung kedutaan besar negara lain tanpa izin karena gedung kedubes dianggap sebagai wilayah berdaulat milik negara yang diwakilinya. Oleh karena itulah, aparat Libya pada awalnya hanya melakukan pengepungan di sekitar gedung kedubes supaya mereka yang tinggal di dalamnya tidak bisa pergi ke mana-mana.

Namun dengan melihat bagaimana panasnya hubungan antara Libya & Swiss selama setahun terakhir, mereka yang berada di dalam kedubes merasa khawatir kalau aparat Libya cepat atau lambat bakal bertindak nekat. Atas pertimbangan itulah, Goldi pun memutuskan untuk menyerahkan diri kepada aparat Libya. Ia sesudah itu dijebloskan ke dalam penjara & baru dibebaskan pada bulan Juni 2010.

Gedung Kedutaan Besar Swiss di Tripoli. (rts.ch)

Pasca kembalinya Goldi ke Swiss, hubungan antara Libya dengan Swiss tetap berada dalam kondisi renggang meski tidak sampai terputus. Saat Libya dilanda perang saudara pada tahun 2011, Swiss menarik duta besarnya dari Libya dengan alasan keamanan. Swiss baru mengirim kembali duta besarnya ke Libya pada bulan September saat ibukota Libya, Tripoli, dikuasai oleh pasukan pemberontak.

Perang saudara Libya sendiri baru berakhir pada bulan Oktober 2011 dengan tewasnya Muammar Qaddafi. Sementara Hannibal selaku sosok yang memicu krisis diplomatik antara Swiss & Libya tetap berada dalam kondisi selamat karena ia berhasil melarikan diri keluar Libya pada bulan Agustus. Kendati selamat, Hannibal harus hidup dalam kondisi memprihatinkan karena ia kini mendekam di penjara Lebanon sejak tahun 2015.

Hannibal kini berstatus sebagai tahanan di Lebanon karena ia dianggap memiliki kaitan atas hilangnya ulama kharismatik Lebanon, Musa Al-Sadr. Sedikit informasi, Musa sempat berkunjung ke Libya pada tahun 1978 atas undangan Muammar Qaddafi, namun keberadaan Musa sesudah itu tidak pernah lagi diketahui.

Dugaan kalau Musa tewas dibunuh oleh pemerintah Libya pun merebak. Akibatnya, Hannibal selaku putra dari Muammar ikut terkena getahnya meskipun ia baru berumur 3 tahun saat Musa menghilang.  -  © Rep. Eusosialis Tawon



REFERENSI

Bachmann, H.. 2009. "Gaddafi's Oddest Idea: Abolish Switzerland".
(time.com/time/world/article/0,8599,1926053,00.html)

BBC. "Gaddafi son arrested for assault".
(news.bbc.co.uk/2/hi/africa/7512925.stm)

Black, I.. 2010. "Switzerland considered sending special forces into Libya to rescue citizens".
(www.theguardian.com/world/2010/jun/21/switzerland-plan-commandos-libya)

Hanni, A.. 2017. "The case of Gaddafi's playboy son and the missing imam".
(www.middleeasteye.net/news/case-gaddafis-playboy-son-and-missing-imam)

Sarrar, S.. 2010. "Update 3-Libyan court finds Swiss man not guilty: lawyer".
(cn.reuters.com/article/libya-swiss-trial-idAFLDE6160CM20100207)

Swissinfo.ch. 2010. "Looking back at the Switzerland-Libya dispute".
(www.swissinfo.ch/eng/looking-back-at-the-switzerland-libya-dispute/28942506)

Swissinfo.ch. 2010. "President defends plans to free Libya hostages".
(www.swissinfo.ch/eng/president-defends-plans-to-free-libya-hostages/9142426)

Swissinfo.ch. 2011. "Swiss name ambassador to new Libyan regime".
(www.swissinfo.ch/eng/swiss-name-ambassador-to-new-libyan-regime/31246966)

 






COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



1 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.