Cara Thailand Lolos dari Penjajahan Bangsa Eropa



Istana Kerajaan Thailand di ibukota Bangkok. (Magnus Manske / wikipedia.org)

Thailand adalah nama dari negara yang pastinya tidak asing bagi orang Indonesia. Ya, itulah nama dari salah 1 negara kerajaan Asia Tenggara yang beribukota di Bangkok. Dan jika membicarakan sejarah Thailand, maka topik yang paling terkenal dari Thailand adalah mengenai bagaimana negara tersebut bisa menjadi satu-satunya negara Asia Tenggara yang tidak pernah dijajah oleh bangsa Eropa hingga sekarang. Jadi, sesuai judulnya, artikel kali ini akan coba menjelaskan mengenai bagaimana Thailand bisa melakukan hal tersebut.

Bicara soal Thailand & kolonisasi bangsa Eropa, maka kita harus mundur ke abad ke-19. Pada masa itu, Thailand masih dikenal dengan nama "Siam" & pengaruhnya mencakup wilayah modern Laos serta Kamboja. Di sebelah barat, Siam berbatasan dengan Dinasti Alaungpaya / Konbaung yang daerah kekuasaannya kurang lebih mencakup wilayah modern Myanmar.

Terhitung sejak tahun 1824, Alaungpaya terlibat perang dengan Inggris di mana Alaungpaya harus kehilangan wilayahnya sejengkal demi sejengkal. Tahun 1886, seluruh wilayah Alaungpaya akhirnya jatuh ke tangan Inggris & kemudian dilebur dengan koloni Inggris di India.

Siam sendiri tidak terlalu khawatir dengan perluasan wilayah yang dilakukan Inggris di sebelah barat wilayahnya. Selain karena Alaungpaya merupakan musuh lama Siam, Siam memang memiliki hubungan baik dengan Inggris. Sebagai contoh, Raja Chulalongkorn selaku pemimpin Siam dengan gelar "Rama V" (Rama ke-5) di masa kecilnya pernah menerima pendidikan privat dari Anna Leonowens yang berkebangsaan Inggris.

Raja Rama V / Chulalongkorn. (history.info)

Ilmu yang pernah didapatnya tersebut lantas mendorong Rama V untuk melakukan sejumlah perubahan & modernisasi di Siam. Sementara di sektor ekonomi, Inggris merupakan partner dagang terpenting Siam di Bangkok, memiliki hak menambang di wilayah Siam, & berkontribusi atas pemasangan jalur-jalur rel kereta di wilayah Siam.

Di sebelah timur Siam atau tepatnya di wilayah modern Vietnam, terdapat kerajaan bernama Dinasti Nguyen yang sejak tahun 1857 harus berjibaku dengan invasi militer Perancis yang berdalih ingin melindungi para misionaris Perancis di wilayah timur Indocina (sebutan lain untuk wilayah Kamboja, Laos, & Vietnam).

Puluhan tahun berselang atau tepatnya pada tahun 1883, Perancis berhasil menjadikan seluruh Vietnam berada di bawah kekuasaannya. Dinasti Nguyen memang tetap dibiarkan berdiri, namun urusan internal & eksternal kerajaan tersebut berada di bawah kendali Perancis sepenuhnya. Sukses menguasai Vietnam, Perancis kemudian mengalihkan fokusnya ke sebelah barat.

Tahun 1884, Perancis memaksa raja Kamboja, Norodom, menandatangani kesepakatan yang membuat Kerajaan Kamboja berada di bawah kendali Perancis, sekaligus memastikan Kamboja tidak lagi berada di bawah pengaruh Siam. Berlanjut ke tahun 1893, pasca timbulnya sejumlah kontak senjata antara pasukan Siam & Perancis di lembah Sungai Mekong, Perancis mengirimkan kapal perangnya ke lepas pantai Bangkok sambil menuntut pemerintah Siam agar membiarkan Perancis menguasai wilayah di sebelah timur Sungai Mekong.

Peta Sungai Mekong (warna biru).

Siam mencoba meminta bantuan Inggris, namun Inggris menolak untuk ikut campur. Sadar kalau militernya tidak sekuat & semodern Perancis, Siam pun mengalah & membiarkan Perancis mencaplok wilayah di sebelah timur Mekong.

Namun keberhasilan tersebut tidak membuat Perancis merasa puas. Perancis kini berencana mencaplok seluruh Siam & membaginya dengan Inggris. Maka, pada tahun 1896 perwakilan Inggris & Perancis terlibat perundingan di mana Perancis menawarkan wilayah di sebelah barat Sungai Chao Phraya jika Inggris setuju untuk membantu Perancis menaklukkan Siam.

Siam di lain pihak juga bertindak tidak kalah sigap & turut mengirimkan perwakilanya untuk bernegosiasi secara terpisah dengan Inggris. Dalam negosiasi tersebut, perwakilan Siam berargumen kalau wilayah mereka sebaiknya dibiarkan tetap merdeka supaya bisa difungsikan sebagai daerah penyangga (buffer zone) antara koloni Inggris & Perancis.

Menurut Siam, jika koloni Inggris & Perancis tidak berbatasan secara langsung, maka konflik potensial antara keduanya di masa depan diharapkan bisa dicegah. Inggris menyetujui usulan tersebut, sekaligus memastikan kalau rencana Perancis untuk menaklukkan seluruh wilayah Siam & membaginya dengan Inggris tidak akan terwujud.

Peta daerah-daerah milik Siam yang dicaplok oleh Inggris & Perancis. (Ras67 / wikipedia.org)

Kesepakatan baru antara Siam & Inggris tidak lantas membuat Perancis menyerah. Tahun 1907, Perancis berhasil memaksa Siam menyerahkan sebagian kecil wilayahnya yang ada di sebelah barat hilir Sungai Mekong. Sementara di sebelah selatan, kesepakatan baru dengan Inggris membuat Siam setuju untuk melepas klaimnya atas Semenanjung Malaka bagian utara.

Walaupun Siam dalam prosesnya harus kehilangan sejumlah wilayah, negara tersebut berhasil memastikan statusnya sebagai satu-satunya negara Asia Tenggara yang tidak pernah dikuasai oleh bangsa Eropa hingga sekarang. Status yang membuat Thailand juga dikenal dengan nama lain "Muang Thai" (tanahnya orang-orang merdeka).


Catatan :

Walaupun Thailand dalam sejarahnya memang tidak pernah dijajah / dikoloni oleh bangsa Eropa, adalah hal yang kurang tepat untuk menyebut Thailand sebagai negara yang wilayahnya tidak pernah dijajah bangsa asing. Karena hingga abad ke-13, wilayah modern Thailand berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Khmer yang berpusat di wilayah modern Kamboja.

Kemudian pada abad ke-16 & 18, wilayah Thailand secara berturut-turut sempat ditaklukkan oleh Dinasti Toungoo & Alaungpaya (keduanya berpusat di wilayah modern Myanmar). Sementara di abad ke-20, walaupun secara resmi berstatus sebagai negara tersendiri, Thailand semasa Perang Dunia II merupakan sekutu merangkap negara bawahan Jepang.  -  © Rep. Eusosialis Tawon



REFERENSI

 - . 2008. "Alaungpaya Dynasty". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.

Chandler, D. P.. 2008. "Cambodia". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.

Duiker, W. J.. 2008. "Vietnam". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.

E. J. Keyes & C. F. Keyes. 2008. "Thailand". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.

LePoer, B.L.. 1987. "Chulalongkorn's Reforms".
(countrystudies.us/thailand/16.htm)

LePoer, B.L.. 1987. "The Crisis of 1893".
(countrystudies.us/thailand/17.htm)

Professor. 2014. "Why Thailand Was Never Colonized".
(www.stickmanbangkok.com/readers-submissions/2014/03/why-thailand-was-never-colonized/)

Zasloff, J. J.. 2008. "Laos". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.
  





COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



15 komentar:

  1. Nice info gan ^^
    Keknya pusan konfrontaasi di Thailand utara ya?
    Perbatasan Vietnam-Laos

    BalasHapus
  2. ceritanya mirip sama modernisasi Jepang ya gan,Kaisar dan Raja mempertahankan negaranya dengan cara diplomasi,memodernisasi negaranya,dan tetap mempertahankan negaranya dari ancaman kolonialis Eropa maupun Amerika Serikat,cuma mau nanya dikit nih,waktu zaman ini siapa pemimpin Inggris dan apakah Perancis sudah jadi Republik atau masih kerajaan Bourbon???
    kevinharahap05

    BalasHapus
    Balasan
    1. Inggris di tahun itu dipimpin oleh perdana menteri Robert Cecil, dengan Ratu Victoria sebagai kepala kerajaan. Sementara kalau Perancis di tahun itu sudah menjadi republik.

      Hapus
  3. Another great article from this blog :)

    Saya harap admin dapat membahas tentang Revolusi Iran, 10 Suku Israel yang Hilang, atau sejarah Islandia. Terima kasih!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Revolusi Iran sudah pernah saya bahas. Kalau kisah mengenai 10 suku Israel muatan spiritualnya terlalu dominan karena basis utama kisahnya berasal dari kitab suci, sehingga saya lebih suka untuk tidak membahasnya.

      Kalau sejarah Islandia saya memang belum pernah membahasnya (tapi saya pernah membahas mengenai Perang Kod antara Inggris & Islandia). Jika waktu & minat saya sedang mendukung, kapan-kapan akan saya coba bahas.

      Hapus
  4. Thanks yah om artikel nya padat jelas dan simple tapi ngena.. ๐Ÿ˜Š๐Ÿ˜š

    BalasHapus
  5. menambah wawasan saya mksh

    BalasHapus
  6. Jadi ketagihan baca sesi sejarah. Paling suka artikel mengenai Perang Candu, lengkap banget. Makasih, semangat menulis dan berbagi :)

    BalasHapus
  7. Dibalik status negara yg merdeka dari penjajahan bangsa Eropa, ternyata sesuatu yg harus dikorbankan oleh Siam. Sebagian wilayah Siam harus diserahkan kpd Prancis & Inggris. Prancis mendapatkan wilayah Indochina (Laos, Kamboja & Vietnam). Sedangkan Inggris mendapatkan wilayah Kelantan, Perlis, Kedah & Terengganu (sekarang menjadi wilayah Malaysia, koloni Inggris yg kemudian merdeka).

    BalasHapus
    Balasan
    1. Demi mempertahankan kemerdekaan dari penjajahan bangsa Eropa. Siam atau Thailand harus merelakan sebagian besar wilayahnya menjadi koloni bangsa Eropa yaitu Inggris dan Prancis. Seandainya saat itu, Kesultanan Aceh Darussalam mampu berdiplomasi dengan bangsa Eropa atau Amerika Serikat. Mungkin Aceh Darussalam dapat terhindar dari ancaman kolonialisme Belanda dan mempertahankan kedaulatannya atas sebagian besar pulau Sumatera pada saat itu.

      Hapus
  8. Jawaban yang paling berbobot dan masuk akal dari semua jawaban yang pernah saya temukan di internet..makasih gan

    BalasHapus
  9. Penjelasannya keren, mudah dipahami, makasih infonya๐Ÿ‘

    BalasHapus
  10. Pembahasan sejarahnya sangat bagus, penyusunan kalimatnya membuat mudah dipahami dan diingat,, dan saya setuju dalam penjelasan sejarah jangan dicampur dengan unsur spiritual

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.