Sejarah Berpisahnya Montenegro dari Serbia (2006)



Bendera Serbia & bendera Montenegro. (aljazeera.com)

Montenegro adalah nama dari sebuah negara kecil di Semenanjung Balkan yang terletak di seberang timur Italia. Negara ini tergolong sebagai salah satu negara termuda di dunia karena baru mendapatkan kemerdekaannya pada tahun 2006. Sebelum itu, Montenegro berstatus sebagai wilayah milik Yugoslavia, yang kemudian mengubah namanya menjadi Serbia & Montenegro. Namun pada tahun 2006, Serbia & Montenegro akhirnya benar-benar menjadi 2 negara yang terpisah setelah Montenegro memerdekakan diri lewat referendum.

Merdekanya Montenegro tergolong sebagai kasus yang cukup unik karena Montenegro memiliki banyak kemiripan dengan Serbia, sehingga negara tersebut pada awalnya sempat dikira tidak akan mencoba memisahkan diri dari Serbia. Terlebih lagi saat Yugoslavia dilanda konflik separatisme sepanjang dekade 1990-an, banyak tentara pemerintah Yugoslavia yang berasal dari Montenegro.

Montenegro juga bisa dibilang beruntung karena tidak seperti Bosnia & Kroasia, proses berpisahnya Montenegro dari Serbia  tidak diikuti dengan konflik bersenjata. Hal yang bisa terjadi karena saat Montenegro memerdekakan diri, iklim sosial politik Semenanjung Balkan sudah jauh lebih kondusif & Serbia sudah tidak lagi dipimpin oleh sosok yang mengedepankan jalur militer.



LATAR BELAKANG

Montenegro dari segi sosial budaya memiliki banyak kemiripan dengan Serbia. Mayoritas penduduk di kedua wilayah sama-sama menganut agama Kristen Ortodoks, menggunakan aksara Cyrillic, & memiliki rumpun bahasa serupa (Serb). Meskipun demikian, karena Montenegro terletak di tepi pantai, penduduk Montenegro jadi lebih sering menjalin kontak dengan etnis-etnis non-Slavia sehingga mereka pun dalam perkembangannya memiliki budaya khasnya sendiri.

Alasan lain mengapa penduduk Montenegro memandang daerahnya sebagai daerah yang berbeda dari Serbia adalah karena sejak Ottoman mendominasi kawasan Balkan, wilayah cikal bakal Montenegro tidak pernah benar-benar bisa ditaklukkan oleh Ottoman akibat kondisi geografis Montenegro yang bergunung-gunung & lokasinya yang dekat dengan Venezia, negara rival Ottoman di Laut Mediterania.

Peta lokasi Montenegro. (DevonerDotCom / pinterest.com)

Hal tersebut lantas memunculan sentimen kemandirian tersendiri di kalangan penduduk Montenegro. Meskipun begitu, karena Montenegro hanyalah negara kecil & memiliki banyak kemiripan dalam hal sosial budaya dengan Serbia, kedua negara tersebut dalam perkembangannya kerap bekerja sama.

Saat terjadi Perang Balkan contohnya, Montenegro & Serbia tergabung dalam kubu yang sama karena keduanya sama-sama memusuhi Ottoman. Kemudian saat terjadi Perang Dunia I, pasukan Serbia diperbolehkan menggunakan wilayah Montenegero untuk melarikan diri dari kejaran pasukan Austria-Hongaria & sekutunya.

Tahun 1918 yang juga merupakan tahun berakhirnya Perang Dunia I, Montenegro menggabungkan diri dengan Kerajaan Serbia, yang sesudah itu melebur dengan Kroasia & Slovenia untuk membentuk Kerajaan Yugoslavia di tahun yang sama. Beberapa tahun kemudian, wilayah Kerajaan Yugoslavia sempat ditaklukkan oleh negara-negara Blok Poros semasa berlangsungnya Perang Dunia II.

Tahun 1945, Perang Dunia II berakhir dengan kekalahan Blok Poros & keberhasilan Partisan menguasai Yugoslavia. Partisan adalah kelompok pejuang kemerdekaan Yugoslavia yang berhaluan komunis & dipimpin oleh Josip Broz Tito.

Oleh Tito, Yugoslavia diubah menjadi negara republik yang terdiri dari 6 negara bagian berbeda. Montenegro & Serbia adalah 2 dari sekian banyak negara bagian yang menyusun wilayah Republik Yugoslavia. Tito juga mengubah nama Pordgorica (ibukota negara bagian Montenegro) menjadi Titograd.

Tito juga memodifikasi sistem pemerintahan daerah Yugoslavia supaya etnis Serb selaku etnis dengan jumlah terbanyak di Yugoslavia tidak menjadi terlampau dominan dalam sektor politik Yugoslavia. Sebagai contoh, wilayah Kosovo & Vojvodina yang termasuk dalam wilayah negara bagian Serbia diberi otonomi luas sehingga pemerintah negara bagian Serbia tidak memiliki kontrol yang leluasa atas kedua di wilayah tersebut.

Pemberian otonomi itu sendiri dilakukan karena mayoritas penduduk Kosovo berasal dari etnis Albania, sementara banyak penduduk Vojvodina berasal dari etnis Magyar / Hongaria. Namun meskipun wilayah Kroasia timur & Bosnia timur memiliki etnis Serb berjumlah besar, kedua wilayah tersebut justru tidak diberikan otonomi serupa.

Akibatnya, etnis Serb merasa sedang ditindas oleh Tito sehingga saat Tito akhirnya meninggal pada tahun 1980, etnis Serb melakukan segala cara supaya bisa ganti mendominasi sektor pemerintahan Yugoslavia.


Peta Yugoslavia & negara-negara bagiannya. (kosovo.net)


MONTENEGRO DI MASA PERPECAHAN YUGOSLAVIA

Tahun 1989, Slobodan Milosevic terpilih menjadi presiden negara bagian Serbia setelah ia berjanji kalau dirinya bakal mengembalikan kejayaan etnis Serb. Ia kemudian menempatkan tokoh-tokoh sekutunya dalam lembaga Kepresidenan, lembaga pemerintahan yang berisi perwakilan dari negara-negara bagian Yugoslavia.

Karena Milosevic memiliki wacana mengubah sistem pemerintahan Yugoslavia menjadi lebih terpusat, hubungan antara Milosevic dengan tokoh-tokoh dari etnis non-Serb di pemerintahan dengan cepat memanas. Dampaknya, negara-negara bagian seperti Slovenia, Kroasia, & Bosnia beramai-ramai melakukan referendum kemerdekaan tanpa seizin pemerintah pusat Yugoslavia pada dekade 90-an.

Menguatnya wacana kemerdekaan di Yugoslavia turut menjalar hingga ke Montenegro yang turut menggelar referendum pada tanggal 1 Maret 1992. Namun tidak seperti negara-negara bagian yang lain, dalam referendum tersebut Montenegro bersedia untuk tetap menjadi bagian dari Yugoslavia jika Montenegro diberikan otonomi yang lebih luas lagi.

Referendum tersebut berhasil dimenangkan oleh golongan pendukung perubahan sehingga Yugoslavia sejak tahun 1992 berubah menjadi "Republik Federal Yugoslavia" dengan Serbia & Montenegro sebagai 2 negara bagian penyusunnya. Untuk menandai perubahan tersebut, simbol bintang merah yang identik dengan paham komunisme dihilangkan dari bendera Yugoslavia. Kota Titograd namanya juga diubah kembali menjadi Podgorica.

Tidak semua rakyat Montenegro bersedia mempertahankan negaranya sebagai bagian dari Yugoslavia. Namun karena referendum yang dilaksanakan pada tahun 1992 tidak dimaksudkan untuk mewujudkan kemerdekaan Montenegro, referendum itu pun diboikot oleh golongan pendukung kemerdekaan. Sebagai akibatnya, hanya kurang dari 70 persen pemilih terdaftar di Montenegro yang menyumbangkan suaranya dalam referendum di tahun 1992.

Kota Podgorica saat dibom oleh pesawat NATO pada tahun 1999. (natureonline.com)

Kemauan Montenegro untuk tetap menjadi bagian dari Yugoslavia menyebabkan wilayah tersebut relatif aman dari konflik bersenjata. Namun karena Yugoslavia kini tengah dikucilkan oleh dunia internasional, rakyat Montenegro pun turut terkena imbasnya.

Krisis ekonomi yang melanda Yugoslavia akibat dampak embargo turut dirasakan oleh rakyat Montenegro. Situasi tersebut hanya semakin parah setelah pasukan udara NATO melancarkan serangan demi serangan ke wilayah Yugoslavia - termasuk Montenegro - supaya pemerintah Yugoslavia menarik mundur pasukannya dari Bosnia & Kosovo.



MONTENEGRO MENJELANG REFERENDUM KEMERDEKAAN

Kombinasi dari hal-hal tadi lantas menyebabkan wacana supaya Montenegro segera menjadi negara yang terpisah dari Yugoslavia semakin menguat. Harapannya, jika Montenegro kelak benar-benar menjadi negara merdeka, Montenegro tidak perlu lagi turut merasakan dampak negatif dari gejolak sosial politik yang tengah melanda Serbia.

Keinginan Montenegro tersebut ganti menuai kekhawatiran dari Uni Eropa karena jika Montenegro benar-benar memerdekakan diri, Kosovo yang saat itu masih berstatus sebagai wilayah milik Serbia - namun urusan pemerintahannya dikelola oleh PBB - bakal terpancing untuk melakukan hal serupa. Dampaknya, Perang Kosovo ditakutkan bakal kembali meletus & negara-negara Eropa bakal kembali dibanjiri arus pengungsi.

Untuk mencegah hal tersebut benar-benar terjadi, Javier Solana yang bertindak sebagai Perwakilan Tinggi Uni Eropa lantas melakukan perundingan dengan perwakilan Serbia & Montenegro untuk mendapatkan solusi bersama yang saling menguntungkan. Perundingan tersebut akhirnya berhasil menghasilkan kesepakatan dalam wujud Perjanjian Beograd (Beograd adalah ibukota Yugoslavia sekaligus Serbia) pada tanggal 14 Maret 2002.

Berdasarkan perjanjian ini, nama resmi Yugoslavia akan diubah menjadi Serikat Negara Serbia & Montenegro, di mana kedua negara bagian memiliki kebebasan luas dalam mengelola urusan dalam negeri & perbatasannya. Namun dalam hal keanggotaan di lembaga internasional, Serbia & Montenegro tetap dianggap sebagai 1 negara.

Tanggal 4 Februari 2003, Yugoslavia akhirnya resmi berubah menjadi Serbia & Montenegro (SM). Berkat pendirian SM, Montenegro kini bisa memiliki bendera nasional, lagu kebangsaan, & mata uangnya sendiri.

Pendukung timnas sepak bola Serbia-Montenegro yang sedang membentangkan bendera Montenegro, Serbia-Montenegro, & Serbia. (Zoupan / wikipedia.org)

Meskipun begitu, pendirian SM tetap tidak disukai oleh sebagian rakyat Montenegro yang merasa kalau sistem baru ini bukanlah solusi atas penyebab mereka menginginkan kemerdekaan. Sebagai contoh, karena Serbia dianggap mempersulit upaya pengadilan internasional dalam menyelidiki kasus-kasus kejahatan perang di masa konflik Yugoslavia, Uni Eropa sempat menghentikan proses penerimaan SM sebagai negara anggota baru Uni Eropa.

Di luar masalah Uni Eropa, perwakilan Serbia & Montenegro juga tidak sepakat mengenai lagu kebangsaan yang sebaiknya digunakan untuk mewakili SM. Sebagai akibatnya, lagu "Hej Sloveni" (Hei Slavia) yang sudah berstatus sebagai lagu kebangsaan sejak era Yugoslavia terpaksa tetap digunakan sebagai lagu kebangsaan kendati banyak rakyat SM yang tidak menyukai lagu tersebut. Pasalnya lagu yang bersangkutan dianggap identik dengan era kediktatoran Yugoslavia.

Sebagai contoh, saat lagu kebangsaan SM (saat itu masih bernama Yugoslavia) dimainkan di Piala Eropa / Euro 2000, para pendukung tim nasional SM di stadion malah beramai-ramai mencemooh lagu kebangsaan negaranya sendiri. Peristiwa serupa kembali terjadi di Piala Dunia 2006 setiap kali tim nasional SM hendak bertanding.

Uni Eropa sendiri memberikan izin kepada Montenegro untuk menggelar referendum kemerdekaan dalam kurun waktu 3 tahun sesudah SM terbentuk. Untuk mengurangi potensi konflik & aksi saling tuduh jika referendum sudah selesai digelar, hasil referendum kemerdekaan hanya dianggap valid jika jumlah pesertanya lebih dari 50 persen & jumlah suara yang mendukung kemerdekaan mencapai lebih dari 55 persen. Momen tersebut lantas dimanfaatkan oleh Montenegro untuk menggelar referendum kemerdekaan pada tahun 2006.

Rakyat Montenegro yang mendukung & menentang kemerdekaan sendiri jumlahnya diketahui hampir setara. Etnis Serb yang berjumlah 30 persen dari total penduduk Montenegro menjadi golongan yang paling gigih menentang kemerdekaan (di Montenegro, etnis Serb & Montenegro dianggap sebagai 2 etnis yang berbeda). Orang-orang Montenegro yang kebetulan bekerja atau bersekolah di wilayah Serbia juga menentang kemerdekaan karena khawatir bakal kehilangan posisinya jika Montenegro sampai berpisah dari Serbia.


Peta Serbia & Montenegro. (bbc.co.uk)


REFERENDUM MONTENEGRO & KELANJUTANNYA

Tanggal 21 Mei 2006, referendum kemerdekaan Montenegro akhirnya resmi dilaksanakan. Ada lebih dari 86 persen pemilih Montenegro yang menghadiri referendum tersebut. Berdasarkan perhitungan hasil referendum, golongan pendukung kemerdekaan diketahui berhasil meraih 55,53 persen suara. Karena jumlah suara tersebut sudah melampaui batas minimum 55 persen sebagai syarat kemenangan, hasil referendum dianggap sah & Montenegro kini menjadi negara merdeka.

Ada beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab mengapa golongan pro-kemerdekaan bisa memenangkan referendum. Faktor pertama adalah meninggalnya Slobodan Milosevic pada tanggal 11 Maret 2006. Milosevic memiliki citra yang kontroversial di negara-negara bekas Yugoslavia karena ia dianggap sebagai penyebab timbulnya perang & pembantaian antar etnis di Yugoslavia.

Namun saat Milosevic dimakamkan pada tanggal 18 Maret di Serbia, prosesi pemakamannya disiarkan langsung secara luas oleh stasiun televisi Serbia. Fenomena tersebut lantas memunculkan kesan kalau rakyat Serbia masih menganggap Milosevic sebagai pahlawan.

Faktor kedua, Uni Eropa membekukan sementara proses penerimaan SM sebagai anggota baru tepat sebelum referendum kemerdekaan Montenegro digelar. Uni Eropa sendiri membuat keputusan tersebut karena Serbia dianggap mempersulit upaya pengadilan internasional dalam menyelidiki kasus-kasus kejahatan perang yang pernah terjadi selama berlangsungnya konflik Yugoslavia.

Peristiwa tersebut lantas memberikan kesan bahwa selama Montenegro masih bersatu dengan Serbia, maka selama itu pula upaya Montenegro menjadi anggota baru Uni Eropa bakal terus menemui batu sandungan. Banyak rakyat Montenegro yang berharap negaranya menjadi anggota Uni Eropa karena jika negara mereka berhasil diterima sebagai anggota baru, maka peluang mereka untuk menetap & mencari pekerjaan di negara-negara mapan Uni Eropa bakal menjadi lebih mudah.

Massa pendukung kemerdekaan Montenegro di kota Cetinje. (Nictalopen / wikimedia.org)

Faktor ketiga, golongan penentang kemerdekaan kerap menjadikan etnis-etnis minoritas sebagai kambing hitam dalam kampanyenya supaya bisa mendapatkan dukungan dari penduduk Montenegro yang mayoritasnya beragama Kristen Ortodoks.

Sebagai contoh, golongan penentang kemerdekaan giat menebarkan isu kalau negara Montenegro merdeka nantinya bakal dicaplok oleh negara Albania & Kroasia. Akibatnya, muncullah sikap antipati dari etnis-etnis minoritas non-Ortodoks seperti Kroat (mayoritasnya Katolik), Albania (Muslim), & Bosniak (juga Muslim) sehingga mereka kemudian lebih suka untuk mengalihkan dukungannya pada golongan pro kemerdekaan.

Merdekanya Montenegro secara otomatis mengakhiri riwayat SM sebagai 1 negara, sehingga Serbia sesudah ini juga menjadi negara merdeka. Meskipun pada awalnya merasa keberatan dengan hasil referendum, pemerintah Serbia pada akhirnya bersedia mengakui kemerdekaan Montenegro. Tanggal 3 Juni 2006, Montenegro & Serbia akhirnya resmi beroperasi sebagai 2 negara terpisah. Tidak lama sesudah itu, kedua negara saling membuka hubungan diplomatik.

Salah satu alasan kenapa Uni Eropa menentang kemerdekaan Montenegro adalah adanya kekhawatiran kalau Kosovo nantinya bakal ikut melakukan hal serupa. Hal tersebut pada akhirnya benar-benar terjadi. Pada bulan Februari 2008, Kosovo memproklamasikan kemerdekaannya. Untungnya, walaupun Serbia menolak mengakui kemerdekaan Kosovo hingga sekarang, Serbia tidak sampai menggunakan jalur militer untuk merebut kembali Kosovo sehingga perang tidak kembali meletus.

Pasca deklarasi kemerdekaan Kosovo, Montenegro menjadi salah satu negara yang mengakui kemerdekaan Kosovo. Tindakan Montenegro tersebut jelas tidak disukai oleh Serbia. Akibatnya, Serbia sempat memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Montenegro pada bulan Oktober 2008. Baru pada tahun berikutnya, Serbia memulihkan hubungan diplomatiknya dengan Montenegro.

Peta Montenegro berikut kota-kotanya. (lonelyplanet.com)

Serbia & Montenegro sejak itu menjalin hubungan bilateral yang cukup erat. Karena Serbia kini tidak lagi memiliki wilayah laut, Serbia kerap memanfaatkan wilayah pantai Montenegro sebagai jalur akses menuju laut. Namun hubungan antara kedua tidak lantas bebas dari kendala sama sekali. Pada bulan Oktober 2016, polisi Montenegro sempat menangkap sejumlah warga negara Serbia & Rusia atas tuduhan mencoba melakukan kudeta.

Bulan November 2020, Montenegro mengusir duta besar Serbia dengan alasan dubes tersebut mencona mencampuri urusan dalam negeri Montenegro. Pemerintah Serbia pada awalnya hendak melakukan tindakan balasan serupa kepada dubes Montenegro, namun kemudian membatalkannya. Berharap saja perbedaan pendapat antara keduanya bisa diselesaikan secara baik-baik karena dengan mellihat perjalanan sejarah di antara kedua negara, keduanya seharusnya bisa menjadi tetangga yang harmonis & saling melengkapi.  -  © Rep. Eusosialis Tawon



REFERENSI

 - . 2008. "Podgorica". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.

Allcock, J.B.. 2008. "Montenegro". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.

BBC. 2020. "Serbia rescinds Montenegro ambassador expulsion".
(www.bbc.com/news/world-europe-55118403)

BIRN. 2009. "Montenegro: New Serbia Ambassador ‘Soon’".
(balkaninsight.com/2009/06/08/montenegro-new-serbia-ambassador-soon/)

DW. 2008. "Serbia Expels Macedonian, Montenegrin Envoys Over Kosovo".
(www.dw.com/en/serbia-expels-macedonian-montenegrin-envoys-over-kosovo/a-3704625)

Gadzo, M.. 2019. "Russian spies found guilty of Montenegro coup attempt".
(www.aljazeera.com/news/2019/5/9/russian-spies-found-guilty-of-montenegro-coup-attempt)

GlobalSecurity.org. "Tito's Yugoslavia".
(www.globalsecurity.org/military/world/war/yugo-hist2.htm)

Hoare, M.A.. "How the JNA became a Great Serbian army".
(yuhistorija.com/wars_91_99_txt01c1.html)

International Crisis Group. 2006. "Montenegro’s Referendum".
(www.refworld.org/pdfid/44c780924.pdf)

Kim, J.. 2005. "Serbia and Montenegro Union: Prospects and Policy Implications".
(fas.org/sgp/crs/row/RS21568.pdf)

Naegele, J.. 2003. "Serbia-Montenegro: Search For New Coat Of Arms, Flag Symbolic Of Past Conflict".
(www.rferl.org/a/1102180.html)

Poulsen, T.M.. 2006. "Serbia". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.

Raspopovic, R.. 2014. "Montenegro".
(encyclopedia.1914-1918-online.net/article/montenegro)

RFE/RL. 2020. "Montenegro. Serbia Expel Each Other's Ambassadors".
(www.rferl.org/a/montenegro-expels-serbian-ambassador-bozovic/30973903.html)

Teslik, L.H.. 2006. "Montenegro’s Referendum on Independence".
(www.cfr.org/backgrounder/montenegros-referendum-independence)

Wikipedia. "1992 Montenegrin independence referendum".
(en.wikipedia.org/w/index.php?title=1992_Montenegrin_independence_referendum&oldid=981336749)

 





COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.