Perang 10 Hari, Lepasnya Slovenia dari Yugoslavia



Pasukan tank Yugoslavia. (Mike Persson / balkaninsight.com)

Slovenia adalah negara kecil yang terletak di Semenanjung Balkan, Eropa Tenggara. Negara ini berbatasan dengan Italia & Laut Adriatik di sebelah barat, Austria di sebelah utara, Hongaria di sebelah timur, & Kroasia di sebelah selatan. Slovenia tergolong sebagai negara yang berusia muda karena negara asal pesepak bola Samir Handanovic ini baru memperoleh kemerdekaannya di tahun 1991.

Sebelum menjadi negara merdeka, Slovenia berstatus sebagai wilayah Yugoslavia, negara besar yang sekarang sudah runtuh. Upaya Slovenia untuk mendapatkan kemerdekaannya tidak bisa dibilang mulus karena negara tersebut harus terjerumus dalam konflik bersenjata terlebih dahulu sebelum bisa menjadi negara merdeka seperti sekarang. Perang 10 Hari adalah nama dari konflik bersenjata tersebut.

Perang 10 Hari (10 Day War; Desetdnevna Vojna) adalah perang yang berlangsung pada bulan Juni hingga Juli 1991 antara pasukan pejuang kemerdekaan Slovenia melawan pasukan pemerintah Yugoslavia. Karena perang ini bertujuan untuk mewujudkan kemerdekaan Slovenia, perang yang sama juga dikenal dengan nama "Perang Kemerdekaan Slovenia" (Slovenian War of Independence; Slovenska Osamosvojitvena Vojna).



LATAR BELAKANG

Yugoslavia merupakan negara di Semenanjung Balkan yang memiliki komposisi kependudukan amat beragam. Dari sekian banyak etnis yang menyusun Yugoslavia, etnis Serb merupakan etnis dengan jumlah terbesar. Adapun selain Serb, etnis lain yang juga menempati wilayah Yugoslavia adalah etnis Slovenia / Slovene yang populasinya terkonsentrasi di Yugoslavia utara.

Etnis Slovenia memiliki sejumlah perbedaan penting jika dibandingkan dengan etnis Serb. Dari segi agama contohnya, jika mayoritas etnis Slovenia menganut agama Katolik, maka etnis Serb umumnya memeluk agama Kristen Ortodoks. Kemudian dari segi bahasa, etnis Slovenia menggunakan aksara Latin dalam komunikasi tertulisnya. Etnis Serb di lain pihak menggunakan aksara Cyrillic.

Selain etnis Serb & Slovenia, masih ada etnis-etnis lain yang juga menempati Yugoslavia seperti etnis Kroat, Bosniak, Albania, & masih banyak lagi. Beragamnya komposisi kependudukan Yugoslavia menyebabkan negara tersebut amat rentan dilanda oleh konflik antar etnis.

Peta Yugoslavia & negara-negara bagiannya. (kosovo.net)

Hal tersebut disadari betul oleh presiden pertama Republik Yugoslavia, Josip Broz Tito. Oleh karena itulah, Tito mempopulerkan slogan "persaudaraan & persatuan" sebagai slogan resmi negaranya. Ia juga mencitrakan dirinya sendiri sebagai contoh kerukunan antar etnis. Ayahnya adalah orang Kroat, sementara ibunya adalah orang Slovenia. Kemudian saat menjadi presiden, Tito menikah dengan orang Serb.

Tito juga mengeluarkan sejumlah kebijakan dalam hal pembagian wilayah untuk menarik simpati etnis-etnis minoritas & mencegah dominasi etnis tertentu di pemerintahan. Sebagai contoh, etnis-etnis berjumlah besar seperti Slovenia, Kroat, & Bosniak masing-masingnya diberikan jatah negara bagian tersendiri.

Etnis Serb memang memiliki negara bagiannya sendiri. Namun supaya etnis Serb tidak bisa mendominasi pemerintahan Yugoslavia dengan memanfaatkan faktor keunggulan jumlah penduduk, wilayah Kosovo & Vojvodina yang berada di dalam wilayah Serbia diberikan otonomi luas. Pemberian otonomi tersebut dilakukan karena mayoritas penduduk Kosovo adalah etnis Albania, sementara hampir separuh penduduk Vojvodina berasal dari etnis campuran.

Etnis Serb merasa semakin dongkol pada Tito karena meskipun wilayah Krajina (Kroasia) & Srpska (Bosnia) memiliki populasi etnis Serb berjumlah besar, kedua wilayah tadi justru tidak diberikan otonomi apa-apa. Akibatnya, etnis Serb merasa dijadikan tumbal oleh Tito sehingga mereka memendam ambisi untuk mengubah sistem pemerintahan Yugoslavia selepas rezim Tito.

Dibandingkan dengan negara-negara bagian Yugoslavia yang lain, Slovenia tergolong sebagai negara bagian yang sektor ekonominya paling mapan. Lokasinya yang berbatasan langsung dengan negara-negara liberal Blok Barat & banyaknya pabrik yang didirikan di Slovenia sejak permulaan abad ke-20 menjadi penyebabnya. Saat Yugoslavia masih berdiri, sebanyak 30 persen komoditas ekspor Yugoslavia berasal dari Slovenia.

Tahun 1980, Tito meninggal dunia sehingga Yugoslavia kehilangan tokoh yang selama ini bisa menjembatani perbedaan antar etnis. Tidak lama kemudian, Yugoslavia terjerumus ke dalam krisis ekonomi. Saat tokoh-tokoh di pemerintahan Yugoslavia tidak bisa menemukan jalan keluar untuk mengatasi krisis ini, hubungan antar etnis pun mulai memburuk.



KONDISI MENJELANG PERANG

Tahun 1989, Slobodan Milosevic terpilih menjadi presiden negara bagian Serbia. Ia juga berhasil menempatkan tokoh-tokoh sekutunya dalam lembaga Kepresidenan Yugoslavia supaya mereka bersedia mendukung usulan kebijakan Milosevic dalam rapat-rapat pemerintahan. Hingga akhirnya pada bulan Januari 1990, Milosevic mengajukan usulan kontroversial dalam sidang partai komunis Yugoslavia.

Dalam sidang tersebut, Milosevic mengusulkan agar otonomi yang dimiliki oleh negara-negara bagian penyusun Yugoslavia segera dicabut. Perdebatan panas pun langsung timbul. Saat pihak yang pro & kontra tidak bisa menemukan titik temu, perwakilan Slovenia & Kroasia memutuskan untuk angkat kaki dari dari ruang sidang.

Slobodan Milosevic.

Memburuknya hubungan antara Slovenia dengan pemerintah pusat Yugoslavia menyebabkan rakyat Slovenia berkesimpulan kalau tidak ada gunanya lagi mempertahankan status Slovenia sebagai bagian dari Yugoslavia. Toh sebagai salah satu negara bagian yang paling mapan, mereka punya modal yang cukup untuk melanjutkan riwayatnya sebagai negara merdeka yang mandiri.

Pemerintah pusat Yugoslavia sendiri sadar kalau negara-negara bagiannya bakal ada yang mencoba memerdekakan diri tanpa seizin pemerintah pusat Yugoslavia. Untuk mencegah hal tersebut terjadi, pemerintah Yugoslavia pun melakukan perubahan kebijakan pada bidang pertahanan & keamanan (hankam). Jika sebelumnya masing-masing negara bagian diperbolehkan memiliki pasukannya sendiri-sendiri, maka kini semua pasukan berada di bawah kendali pemerintah pusat Yugoslavia.

Slovenia tidak mau kalah. Pada bulan September 1990, mereka melakukan revisi pada undang-undang daerahnya. Lewat UU baru ini, presiden negara bagian Slovenia bakal memiliki kendali atas militer negara bagian Slovenia dalam situasi darurat. Tidak lama kemudian, sebanyak 21.000 tentara & polisi Yugoslavia di Slovenia beramai-ramai menyatakan kesetiaannya pada pemerintah Slovenia tanpa diketahui oleh pemerintah pusat Yugoslavia.

Bulan Desember 1990, Slovenia menggelar referendum kemerdekaan. Hasilnya, sebanyak 88 persen pemilih menyatakan dukungannya atas kemerdekaan Slovenia. Kemudian pada tanggal 25 Juni 1991, pemerintah Slovenia memproklamasikan kemerdekaan wilayahnya. Karena pemerintah pusat Yugoslavia ingin menjaga keutuhan wilayahnya, pemerintah Yugoslavia pun menanggapi proklamasi tersebut dengan cara mengirimkan pasukannya ke wilayah Slovenia.


Tentara Yugoslavia di perbatasan negara bagian Slovenia & Kroasia. (Joel Robine / afp.com)


BERJALANNYA PERANG

Invasi Pasukan Yugoslavia

Tanggal 26 Juni, pasukan Yugoslavia yang bermarkas di Rijeka, Kroasia, bertolak menuju Slovenia. Saat sudah memasuki wilayah Slovenia, mereka kemudian melanjutkan perjalanannya menuju perbatasan utara Slovenia dengan Italia.

Mereka bermaksud menguasai perbatasan Slovenia supaya Slovenia terisolasi dari dunia luar. Pada awalnya, kontak senjata masih belum terjadi karena pasukan Yugoslavia & Slovenia sama-sama menahan diri supaya tidak dituduh sebagai pihak yang memulai perang.

Tanggal 27 Juni, korban tewas pertama akhirnya timbul dalam Perang 10 Hari. Pada awalnya, pemerintah Slovenia mengancam akan menembak jatuh helikopter Yugoslavia jika pemerintah Yugoslavia tetap mengirimkan pasukan udaranya ke Slovenia.

Saat ancaman tersebut tidak diindahkan oleh pemerintah Yugoslavia, pasukan Slovenia lantas menembak jatuh 2 helikopter Yugoslavia yang terbang di atas kota Ljubljana (Slovenia tengah) & Rozna Dolina (Slovenia barat). Ironisnya, salah satu korban tewas dalam helikopter tersebut adalah orang etnis Slovenia yang kebetulan berstatus sebagai tentara Yugoslavia.

Peta lokasi Ljubljana. (Hoshie / wikipedia.org)

Di sebelah barat daya Ljubljana, terdapat pangkalan militer Vrhnika yang dihuni oleh pasukan Yugoslavia. Saat Perang 10 Hari meletus, pasukan yang ada di pangkalan tersebut menerima perintah untuk segera pergi menduduki Bandara Brnik (sekarang bernama Bandara Ljubljana) supaya jalur transportasi udara di ibukota Slovenia terputus. Untuk menghentikan laju pasukan Yugoslavia tersebut, pasukan Slovenia lantas memarkir mobil-mobil di tengah jalan yang hendak dilewati oleh pasukan Yugoslavia.

Supaya bisa sampai di bandara, pasukan Yugoslavia pun terpaksa mengambil jalur alternatif dengan melewati hutan. Namun akibat kondisi hutan yang tidak rata & dipenuhi pepohonan rimbun, 2 tank pasukan Yugoslavia terjebak di sana & terpaksa ditinggalkan. Saat pasukan Yugoslavia akhirnya tiba di bandara pada sore hari, bandara tersebut langsung dikepung oleh pasukan Slovenia.

Kesuksesan lebih besar berhasil ditorehkan oleh pasukan Slovenia di Trzin. Dalam pertempuran di kota tersebut, pasukan Slovenia berhasil menewaskan 4 tentara Yugoslavia & memaksa tentara Yugoslavia yang lain menyerah. Meskipun begitu, karena pasukan Yugoslavia turut diperkuat oleh tank, pasukan Yugoslavia pada akhirnya berhasil menguasai pos-pos perbatasan di Slovenia utara & barat.

Keberhasilan tersebut tidak lantas membuat pasukan Yugoslavia bisa bersantai. Pasalnya wilayah-wilayah yang mereka duduki semuanya terletak di tengah-tengah wilayah musuh. Hal tersebut lantas dimanfaatkan oleh pasukan Slovenia.

Pada tanggal 28 Juni, pasukan Slovenia beramai-ramai mengepung pangkalan militer, bandara, & gudang senjata yang tengah dijaga oleh pasukan Yugoslavia. Di Rozna Dolina, Slovenia barat, pasukan Slovenia berhasil menghancurkan 2 tank & menyita 3 tank Yugoslavia.

Di Strihovec, Slovenia utara, pasukan Slovenia memarkir truk-truk di tengah jalan supaya pasukan tank Yugoslavia yang sedang berada di Strihovec tidak bisa ke mana-mana. Namun blokade tersebut tidak berlangsung lama setelah truk-truk tadi dibom oleh pesawat Yugoslavia. Sementara di Ribnica, Slovenia selatan, pasukan Yugoslavia yang menjaga barak berhasil memukul mundur pasukan Slovenia.


Peta lokasi Rozna Dolina, Ribnica, & Strihovec.


Pasukan Yugoslavia di Ujung Tanduk

Semakin memburuknya intensitas perang membawa kekhawatiran tersendiri bagi pemerintah pusat Yugoslavia. Pasalnya banyak pasukan Yugoslavia di Slovenia yang kini berada dalam kondisi terkepung. Mengirimkan bala bantuan ke Slovenia juga tidak bisa dilakukan begitu saja karena bala bantuan tersebut bisa disergap secara tiba-tiba oleh pasukan Slovenia di tengah jalan.

Ketakutan tersebut pada akhirnya benar-benar terwujud. Pada tanggal 29 Juni, pasukan Yugoslavia yang tengah menguasai Bandara Brnik di dekat ibukota Ljubljana terpaksa menyerah. Dua hari kemudian, pasukan Slovenia berhasil menguasai gudang-gudang senjata yang terletak di Slovenia utara (Dravograd) serta Slovenia timur (Pecovnik, Bukovzlak, & Zaloska Gorica). Jatuhnya gudang-gudang senjata tadi membawa keuntungan besar bagi Slovenia karena mereka bisa menggunakan stok amunisi yang tersimpan di sana untuk memperkuat diri mereka.

Peruntungan pasukan Slovenia terus berlanjut di hari berikutnya. Pada tanggal 3 Juli yang juga merupakan titik puncak dalam Perang 10 Hari, pasukan Slovenia berhasil menguasai gudang-gudang logistik milik pasukan Yugoslavia di Ljubljana, Slovenia tengah. Sementara di Slovenia barat, pasukan Slovenia juga berhasil menguasai kembali pos-pos perbatasan yang terletak di Fernetici & Gorjansko.

Tentara pejuang kemerdekaan Slovenia. (Ipos / wikipedia.org)

Pasca rentetan kesuksesan tersebut, pemerintah Slovenia mengumumkan gencatan senjata di hari yang sama. Namun gencatan senjata tersebut tidak diindahkan oleh pemerintah Yugoslavia yang kini berhasrat untuk menggagalkan kemerdekaan Slovenia dengan segala cara. Keesokan harinya alias pada tanggal 4 Juli, pasukan Yugoslavia tank yang berada di Beograd, Serbia, dikirim menuju Slovenia. Namun pasukan tersebut tidak pernah sampai di tujuan akibat mengalami kerusakan di tengah jalan.

Pada titik ini, pemerintah Yugoslavia akhirnya sadar kalau melanjutkan perang hanya akan membahayakan keselamatan para prajurit Yugoslavia yang masih terjebak di Slovenia. Maka di hari yang sama, pasukan Yugoslavia pun setuju untuk ikut melakukan gencatan senjata. Pasca keluarnya pengumuman tersebut, pemerintah Slovenia & Yugoslavia kemudian menyiapkan diri untuk melakukan perundingan damai.



KONDISI PASCA PERANG

Tanggal 7 Juli 1991, perwakilan Slovenia, Yugoslavia, & Kroasia melakukan perundingan damai di Pulau Brioni / Brijuni (sekarang terletak di Kroasia barat) dengan difasilitasi oleh perwakilan Komunitas Eropa (organisasi cikal bakal Uni Eropa). Perwakilan Kroasia turut dilibatkan dalam perundingan ini karena Kroasia sebelum ini pernah memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 25 Juni 1991 tanpa seizin pemerintah Yugoslavia.

Perundingan damai ini menghasilkan kesepakatan yang dikenal sebagai "Perjanjian Brioni". Berdasarkan Perjanjian Brioni, pemerintah Slovenia & Kroasia sepakat untuk menunda kemerdekaan resmi wilayahnya masing-masing dalam kurun waktu 3 bulan. Sebagai gantinya, pemerintah Yugoslavia bakal menarik mundur seluruh pasukannya di Slovenia.

Dicapainya Perjanjian Brioni sekaligus menandai berakhirnya Perang 10 Hari dengan keberhasilan Slovenia mewujudkan kemerdekaannya. Total, ada 75 orang yang tewas dalam Perang 10 Hari dengan rincian 44 tentara Slovenia, 12 warga sipil Slovenia, & 19 tentara Serbia. Jumlah tersebut sekaligus menjadikan Perang 10 Hari sebagai perang dengan jumlah korban tewas terendah dalam perang saudara di wilayah Yugoslavia.

Milisi Slovenia (kiri) saat mengawal pasukan Yugoslavia yang sudah menyerah. (Peter Bozic / total-slovenia-news.com)

Ada beberapa faktor yang menjadi alasan kenapa Slovenia bisa memenangkan perang dengan jumlah korban tewas yang rendah & durasi perang yang begitu singkat. Pertama, Slovenia secara geografis merupakan negara bagian Yugoslavia yang letaknya paling utara, sehingga pemerintah Yugoslavia memerlukan waktu saat harus mengirimkan pasukan dalam jumlah yang memadai ke wilayah Slovenia.

Faktor kedua, saat pemerintah Yugoslavia mengirimkan pasukannya ke wilayah Slovenia, niat awal mereka bukanlah untuk berperang habis-habisan, melainkan hanya sebatas untuk menguasai pos-pos perbatasan & fasilitas umum di Slovenia. Sebagai akibatnya, ketika intensitas konflik semakin meningkat, pasukan Yugoslavia di Slovenia tidak memilik jumlah personil & logistik yang cukup untuk melanjutkan perang.

Faktor ketiga, pasukan Slovenia pada awalnya sengaja membiarkan pasukan Yugoslavia menguasai lokasi-lokasi penting di Slovenia. Saat mereka sudah berhasil menguasai lokasi-lokasi tadi, pasukan Slovenia langsung mengepung lokasi tersebut sehingga pasukan Yugoslavia kini berada dalam posisi terisolasi di lokasinya masing-masing. Saat pemerintah Yugoslavia mencoba mengirimkan bala bantuan, bala bantuan tersebut bakal langsung dicegat oleh pasukan Slovenia yang bersembunyi di jalur-jalur yang hendak dilewati oleh pasukan Yugoslavia.

Faktor keempat, etnis Serb yang menghuni Slovenia jumlah populasinya tidak sampai 5 persen dari total penduduk Slovenia. Berbeda dengan wilayah Kroasia & Bosnia yang populasi etnis Serbnya mencapai 10 persen lebih. Dampaknya, pemerintah pusat Yugoslavia yang kini dikuasai oleh etnis Serb pun berkesimpulan kalau Slovenia tidak terlalu penting untuk dipertahankan. Apalagi saat Perang 10 Hari tengah berlangsung, Kroasia juga tengah dilanda pemberontakan serupa.

Karena perang kemerdekaan yang berlangsung di Slovenia berlangsung dalam intensitas yang terbatas, Slovenia pun merdeka dengan kondisi infrastruktur yang tidak banyak mengalami kerusakan. Sekarang, Slovenia merupakan salah satu negara Eropa Timur dengan kondisi ekonomi yang paling mapan. Tanggal 25 Juni kini diperingati setiap tahunnya di Slovenia sebagai hari kemerdekaan. Kemudian sejak tahun 2004, Slovenia diterima menjadi anggota organisasi Uni Eropa.  -  © Rep. Eusosialis Tawon



RINGKASAN PERANG

Waktu & Lokasi Pertempuran
-  Waktu : 27 Juni - 7 Juli 1991
-  Lokasi : Slovenia

Pihak yang Bertempur
(Daerah)  -  Slovenia
         melawan
(Negara)  -  Yugoslavia

Hasil Akhir
-  Kemenangan pihak Slovenia
-  Slovenia menjadi negara merdeka sejak tahun 1991

Korban Jiwa
-  Slovenia : 44 jiwa
-  Yugoslavia : 19 jiwa
-  Warga sipil : 12 jiwa



REFERENSI

 - . 2008. "Serbo-Croatian language". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.

 - . 2008. "Slovene language". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.

Barker, T.M.. 2008. "Slovenia". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.

Eurydice. 2021. "Slovenia - Population: Demographic Situation, Languages and Religions".
(eacea.ec.europa.eu/national-policies/eurydice/content/population-demographic-situation-languages-and-religions-77_en)

Library of Congress. "Yugoslavia - Communist Takeover and Consolidation".
(lcweb2.loc.gov/cgi-bin/query/r?frd/cstdy:@field%28DOCID+yu0033%29)

Library of Congress. "Yugoslavia - State Presidency".
(lcweb2.loc.gov/cgi-bin/query/r?frd/cstdy:@field%28DOCID+yu0137%29)

Svajncer, J.J.. 2001. "War for Slovenia 1991".
(www.slovenija2001.gov.si/10years/path/war/)

Vladisavljevic, A.. 2021. "Pilot’s Killing in Slovenia’s ‘Ten-Day War’ Causes Enduring Controversy".
(balkaninsight.com/2021/06/22/pilots-killing-in-slovenias-ten-day-war-causes-enduring-controversy/)

Wikipedia. "14th Congress of the League of Communists of Yugoslavia".
(en.wikipedia.org/w/index.php?title=14th_Congress_of_the_League_of_Communists_of_Yugoslavia&oldid=1036139393)

Wikipedia. "Ten-Day War".
(en.wikipedia.org/w/index.php?title=Ten-Day_War&oldid=1035207944)

 






COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



3 komentar:

  1. Min klo boleh request sejarah perang Soviet Afganistas 1979

    BalasHapus
    Balasan
    1. min kalo bisa sejarah2 kontroversi semacam Operation Paperclip, panama papers, misteri JFK 22 + 11 = 3 shooter dll hehee

      Hapus

Diberdayakan oleh Blogger.